Kamis, 31 Desember 2015

Refreshing ala Doksip Tamada (2)



Awalnya, saya kira Bontang itu daerahnya full industri atau malah sebaliknya, penuh hutan belantara. Pasalnya kalau kita googling, yang terbaca adalah ini kota terkaya tetapi di pelosok Kalimantan yang terkenal akan hutan hujan tropisnya yang waw. Siapa sangka coba di tengah kota Bontang ada tempat wisata juga llho dan cuma sekitar 5 menit saja dari rumah Anoa. Ini dia Taman Wisata Mangrove, Bontang, Kalimantan Timur.



Taman Mangrove, memang identik dengan pohon-pohon bakau yang akar-akarnya yang mencuat ke permukaan seperti jari-jari yang siap menerkam. Eksotik, begitu kesannya. Di sana sudah cukup terawat. Untuk masuk, setiap pengunjung dikenai biaya Rp3.000,00 untuk biaya operasional. Masih ada penanaman bakau di beberapa poin.




Paling menarik di sini memang suasana sunsetnya yang cantik. Alhamdulillah kita kebagian sajian alam nan romantis ini. Saya suka.


Di beberapa titik, pengunjung selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan dan fasilitas yang ada. Secara ya, bakau ini fungsinya sangat baik untuk lingkungan. Selain menjaga pesisir pantai dari abrasi, bakau juga menjadi penetral berbagai polutan (bagus banget kan untuk daerah industri seperti Bontang ini). Ohya, bakau juga bisa jadi tempat tinggal biota laut. Selama di sana, beberapa kali saya lihat berbagai jenis ikanikan dan kepitingn berlalu lalang di bawah jembatan-jembatan jalan di antara pepohonan bakau.



Top untuk refreshing dan menenangkan diri di sini. Nice place for keeping healthy environment juga. Suka deh sama Bontang.

Posyandu di Sini....

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Pada mulanya, saya kira posyandu di seluruh Indonesia sama. Memang kurang lebih sama sih, tapi saya menemui yang luar biasa di sini. Luar biasa karena di daerah asal saya (Sumatera Selatan), saya belum pernah nampak posyandu semacam di sini. Dan karena dua posting terakhir tentang refreshing, kali ini saya akan cerita tentang sesuatu yang berbeda, biar ada variasinya ya. Masa' liburan melulu, hahaha.


Poto ini diambil sembunyi-sembunyi oleh mbak Sukma, koordinator promosi kesehatan puskesmas, di Posyandu Balita Lily. Ini saya ketemu anak yang berat badannya tidak naik 3 bulan berturut-turut. Menurut ibunya, si anak sangat susah makan, tetapi ketika diperhatikan, si anak mau-mau saja makan saat diberi bubur kacang hijau di posyandu, hmhmhm. Ceritanya saya sedang edukasi ini ibu, hehehe.

Sukanya, Puskesmas Bontang Utara 1 ini hampir tiap tanggal itu ada posyandu. Total ada 34 posyandu aktif tiap bulannya. Wajar sih, karena memang wilayah kerjanya mencakup 4 kelurahan (Bontang Baru, Gunung Elai, Api-Api, Bontang Kuala). Tiap posyandu ada 5-10 kader aktif nan mandiri. Sebelum petugas posyandu dari puskesmas datang, mereka sudah mulai  mencatat, menimbang, dan mengukur dengan sendirinya. Dokumentasi mereka juga rapi, patut dicontoh.



Kalau poto sebelumnya itu di posyandu balita, di atas ini adalah poto di posyandu lansia, diambil secara sembunyi-sembunyi pula, haha. Ini di Posyandu Lansia Mawaddah. Jadi, selain 34 posyandu aktif, Puskesmas Bontang Utara 1 juga memiliki posyandu lansia yang juga memiliki kader-kader aktif. Kegiatan di sini, ada pemeriksaan tekanan darah, periksa lab sederhana (gula darah, asam urat, kolesterol, hemoglobin), dan konseling. Jika ditemukan pasien dengan gangguan kesehatan, pasien tersebut diberi pengantar untuk berobat ke puskesmas, kita tidak bawa obat ke posyandu, sengaja, supaya mereka mau datang ke puskesmas. Pencatatan kader di sini juga rapi, tiap 6 bulan hasil kegiatan posyandu dilaporkan ke puskesmas.



Saya heran, mengapa ibu-ibu kader ini begitu rajin menjalankan tugasnya sebagai kader. Saya sempat tanya ke beberapa teman petugas puskesmas. Alhasil, ternyata ibu kader ini sukarela diri sendiri, benar-benar menjalankan tugas selaiknya prinsip posyandu, dari-untuk-oleh warga. Hebatnya juga, puskesmas mengalokasikan honor per bulan untuk mereka dan tiap tahun ada refreshing seperti jalan-jalan atau outbond di suatu tempat khusus untuk ibu-ibu kader yang dibiayai oleh puskesmas. Biar ibu-ibu kader semangat selalu, begitu katanya. Tahun 2015 ini acara refreshingnya outbond di tempat wisata Lembah Hijau Bontang Lestari, hampir 200 kader hadir di acara ini.



Sewaktu di Palembang, saya pernah ke suatu posyandu di tengah kota. Posyandu ini memiliki program khusus, pojok gizi. Saya takjub saat itu. Namun, setelah saya lihat di Bontang, semua posyandu Puskesmas Bontang Utara 1 punya pojok gizi, baik posyandu balita maupun posyandu lansia. Kalau di seberang sana kesulitan biaya, di sini nampak longgar saja. Ada dana bantuan dari puskesmas, kalaupun tidak ada, kader sukarela membuat makanan untuk peserta posyandu walaupun ala kadarnya saja. Luar biasa lah, nanti perlu dicontoh ini kalau jadi pimpinan puskesmas.

Refreshing ala Doksip Tamada (1)

Bontang Kuala

Sebelumnya saya perkenalkan dulu ya. Ini teman-teman doksip satu wahana dan satu grup yang sedang 'tugas' di Puskesmas Bontang Utara 1. Dengan mereka lah perjuangan satu tahun ke depan akan menjadi indah, insyaAllah. Oketor ya, yang paling ganteng namanya Dimas, lebih sering kusapa masdim. Selanjutnya ada ceciwi cantik, Sarah, Cici, Sonya, dan Mbak Nur. Ini poto-poto kita di Bontang Kuala, tempat wisata di Kota Bontang, tempat wisata pertama yang kami kunjungi selama internsip di sini, satu pekan setelah dinyatakan kami 'bertugas' di sini.


Bontang Kuala itu sebenarnya suatu wilayah di Kota Bontang, sejenis pemukiman di atas laut gitu. Jadi rumah, jalan, fasilitas umum lainnya dibangun dengan bahan dasar kayu dan semuanya di atas laut, keren kan!
Poto di bawah ini kita lagi di Jimbaran Cafe, salah satu cafe di ujung Bontang Kuala. Ada banyak menu yang ditawarkan di sana, dari makanan ringan sampai makanan berat (gami bawis, ayam asam manis, dll) dan berbagai jenis minuman. Saya pesan songkong kres, hoho.

Nah, ceritanya ini poto di depan gerbang Bontang Kuala saat saya menunggu teman-teman yang lain datang. Ohya, satu tips nih, kalau mau main ke sini, sebaiknya kita mengendarai motor saja karena mobil tidak bisa masuk ke dalam, hanya motor/sepeda yang bisa jalan ke sana sampe ujung, dan tempat ngumpul makan-makan di sini adanya di ujung-ujung. Yah, luamayan kalau mau jalan kaki, capek juga. Trus, baiknya kemari sore menjelang sunset, ga begitu panas, dan bisa dapat suasana romantis sunset.

Ada satu cafe yang terkenal di sini, namanya Cafe Kapal. Bentuk aslinya menyerupai kapal memmemang dan memang lokasinya paling ujung. Begini aslinya.



Ini cafe juga menjadi daya tarik wisata tersendiri di Kota Bontang, apalagi sering kali muncul anekdot seperti gambar di bawah ini.

Sabtu, 19 Desember 2015

Rumah Anoa

Rumahku Surgaku..

Inilah ungkapan paling cocok untuk salah satu rumah di Jln. Anoa Perumahan BTN PKT Kota Bontang. Satu tahun ke depan, inilah surgaku.

Saya tinggal bersama  empat doksip lainnya dan kami semua berasal dari tempat yang berbeda-beda, jadi seperti slogan kita, bhineka tunggal ika. Putri (ii) dari Universitas Andalas, tapi tinggal di Pekanbaru. Runi dari Universitas Andalas, tapi tinggal di Bekasi. Aiko dari Universitas Trisakti, tapi asal Purwakarta. Vita dari Universitas Tarumanegara, asalnya dari Kendari. Saya dari Universitas Sriwijaya, tapi orang tua di Lahat.

Lahat? Di mana tuh?
Hampir semua orang akan bertanya demikian ketika saya ditanya 'asalnya dari mana?'. Lahat itu salah satu ibu kota kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan ya sahabat, dari Palembang masih perlu perjalanan darat sekitar 6-7 jam ke arah barat. Kalau saya sebut, 'saya dari Palembang', semua akan tahu, 'ooo sumsel', begitu.

Oke, kembali tentang rumah. Alhamdulillah ya, kita dapet rumah ini. Dengan biaya yang tergolong cukup murah dibanding teman-teman yang nyewa rumah di HOP Bontang, hehe. Dapet rumah ini berkat bantuan teman doksip juga, namanya Sarah. Makasi banyak banget deh buat Sarah yang sudah mengejakan waktu mencari rumah buat kita. Pokoknya awal dateng kita bener2 merepotkan Sarah yang notabene orang Bontang. Jazakillahukhair, dok..

Punya teman asli daerah wahana itu sangat membantu kita mengenal secara kasar tempat yang akan menjadi domisili selama tahun ke depan lho. Semua pertanyaan lokasi insyaAllah bisa dijawab, demi mencari kebutuhan sehari-hari seperti makanan, dan tempat belanja, juga tempat wisata, hoho.

Anoa's girls


dari kiri atas: saya, Aiko
baris depan dari kiri: Vita, Runi, Ii


Rumah Anoa tampak depan. Itu ada Tante Ratna dan Om Arief, pemilik rumah. Mereka hijrah ke Jogja satu bulan sebelum kami pindah ke Bontang.

Kamis, 03 Desember 2015

Capcus Go Bontang

19 November 2015

Spesial untuk doksip (dokter internsip) wahana Bontang, kami diberangkatkan ke kota tujuan sehari setelah pembekalan. Ada dua wahana, RSUD Taman Husada dan RS PKT, total 36 doksip. Mungkin pertimbangannya jarak Bontang yang cukup jauh dari Balikpapan, jika kami berangkat di hari yang sama dengan hari pembekalan, bisa jadi tiba di Bontang tengah malam, dalam kondisi belum tahu tempat tinggal. Hoho, pengertian banget ya panitianya.

Jarak Balikpapan-Bontang sekitar 250 km, dengan mobil sewa kami tempuh dalam waktu ± 7 jam, santai, pukul 10.00 WITA capcus dari Balikpapan, pukul 17.00 WITA tiba di Bontang. Jalan menuju Bontang luar biasa, cukup bagus jika dibandingkan jalanan di Ogan Komering Ulu maupun Ilir, Sumatera Selatan. Hanya banyak naik-turun bukit, bukan kelok jurang-bukit seperti jalanan Lahat-Pagaralam. Alhamdulillah, perjalanan aman dan ini kali pertama menjejakkan kaki di kota Bontang, Kalimantan Timur.

Excited, pasti.
Baru masuk gerbang kota, kami berhenti. Awalnya mau tukar-tukar mobil dan barang karena rumah tujuan berbeda-beda, tapi yang kami lakukan adalah poto-poto di salah satu tulisan 'selamat datang di Kota Bontang', haha. Ini salah satu hasilnya.


Rabu, 02 Desember 2015

Pembekalan Isip

18 November 2015

Pertama kali yang dipikirkan tentang hari itu adalah, hari itu akan terulang kembali tepat satu tahun ke depan, saat pemulangan, huhu. Program ini hanya untuk satu tahun ke depan. Ini mekanisme pertahanan untuk menyingkirkan perasaan 'berat' untuk 'dilepas' sendirian di tempat yang belum pernah saya datangi sekali pun seumur hidup.

Hari itu ada beberapa pembicara, dari KIDI pusat, Dinkes Provinsi Kaltim, dan ketua IDI Kaltim. Semuanya menyambut kami dengan penuh antusias sekaligus memotivasi kami untuk semangat bertugas di Kalimatan Timur. Ini titik awal saya mengetahui profil Kota Bontang.

Kalimantan Timur adalah provinsi paling maju di daratan Kalimantan. Mungkin ini tidak lepas dari sumbangsih ratusan perusahaan yang berdiri di sini. Salah satu kota yang maju setelah Balikpapan dan Samarinda adalah kota Bontang, tempat saya internsip ini. Dijabarkanlah profil sebaran dokter di masing-masing kabupaten/kota di Kalimantan Timur dan waw luar biasa. Bontang memiliki dokter umum terbanyak dibandingkan kabupaten/kota lain (per sekian penduduk), dokter spesialis pun termasuk terlengkap di Kalimantan Timur. Keren ya, padahal saya awalnya membayangkan Bontang tidak lebih maju dari Lahat, ternyata, waw, beda, jauh malah.

Oke. Kesan selanjutnya, kami diperhatikan. Bagaimana tidak coba, direktur rumah sakit dan pembimbing kami hadir di hari pembekalan ini. Itulah kali pertama kami bertemu pembimbing kami, dr. Ihsan. Sempat berkenalan sebentar, mereka sangat welcome. Ini juga momen pertama kami ber-18 berkumpul bersama dan poto bersama, walaupun nanti di kemudian hari akan banyak poto-poto groupy lainnya, dokumentasi, haha. Ini juga yang menyadarkan bahwa saya tidak benar-benar sendiri di sini.

Poto pertama kami ber-18 bersama direktur RS Taman Husada Bontang (drg. Agustin atau ibunda) dan dokter pembimbing kami (dr. Ihsan)



Ohya, ada yang hampir tertinggal. Hari itu kami melengkapi persyaratan administrasi yang perlu dikumpul ke KIDI (boarding pass, pakta integritas, surat sehat, poto, SPPD, potokopi kartu BPJS). Alhamdulillah, dapat uang saku juga, lumayan jadi pegangan sebelum BHD cair, hehe

Minggu, 29 November 2015

Museum Kesehatan dan Kebudayaan

Mumpung masih November, masih di bulan pahlawan, saya selesaikan cerita petualangan tungggal saya di kota pahlawan ya. Kali ini saya mau cerita tentang Museum Kesehatan.

Tidak se-famous Tugu Pahlawan memang, tapi juga tidak kalah menariknya lho dengan HoS. Surabaya punya ini museum unik, museum kesehatan, pas sejalan dengan 'bidang' saya. Sayang cuma sebentar saya di sini, tidak lebih dari 30 menit. Museum ini buka hingga pukul 15.00 dan saya tiba di sana pukul 14.30, alhamdulillah, petugas museum mengizinkan saya masuk.

Horor. Ini kesan pertama yang tergambar dari museum ini.

Saya simpulkan ada 2 ruang utama, satu ruang panjang untuk koleksi alat-alat kesehatan masa lampau dan satu ruang panjang untuk koleksi benda-benda budaya.

Di ruang kesehatan, ada berbagai macam alat yang dulu pernah digunakan di rumah sakit-rumah sakit khususnya di Surabaya. Cukup lengkap, ada berbagai peralatan obstetri-ginekologi (termasuk cunam untuk kuretase pasien abortus, ini yang paling ingat karena dijelaskan berkali-kali oleh petugasnya), ada peralatan periksa mata, telinga, dan masih banyak lagi.

slit lamp mmicroscope, alat untuk periksa mata :)


timbangan bayi jaman dulu gini bentuknyaaa



Alhamdulillah, bapak petugas museum bersedia menemani keliling museum. Alasan beliau, biar cepat karena mau tutup. Tapi kalau tidak ditemani, entah saya berani masuk atau tidak ke ruangan ini, ruang budaya.

Di sini ada berbagai koleksi hasil kebudayaan Indonesia, terutama yang berbau mistik. Misalnya, poto rontgen pasien yang di-teluk alias disantet, nampak beberapa paku di rongga thoraks dan abdomennya. Hasil operasi berupa paku dan benda tajam lainnya pun ada yang dikoleksi di sini. Lalu ada beberapa tumbuhan yang diawetkan, kabarnya tumbuhan itu memiliki khasiat bagi kesehatan. Ohya, contoh boneka jelangkung juga ada di sini. Merinding lah rasanya pas di dalam ruangan ini, entah ada energi apa di sana.

Ohya, yang paling seru di ruang budaya adalah Peta Primbon Jawa. Ini adalah peta yang digunakan sesepuh Jawa untuk menentukan tanggal baik, jodoh baik, hari baik, dan baik-baik lainnya. Kebetulan bapak petugas museum sedikit paham, saya bisa tanya-tanya juga. Sayangnya saya tidak berani ambil poto di ruangan ini, lagian sudah mau tutup museumnya, hehe


Bagi sahabat yang mau main-main kemari, lokasi museum ini di Jl. Indrapura No. 17, Surabaya. Dekat sekali dari Tugu Pahlawan. Biaya masuk museum pun relatif murah, Rp1.500,00 saja. Nah, di akhir menulis paragraf ini, tetiba saya ingat Pak Karno pernah pesan, JAS MERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah yaaa

Rabu, 18 November 2015

Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember

Masih di Kota Pahlawan. Setelah dari HoS, saya melanjutkan rute tur sejarah ke Tugu Pahlawan. Ternyata satu lokasi dengan Museum Sepuluh Nopember dan tidak jauh dari HoS, dengan beca saya memerlukan waktu sekitar 10 menit dari HoS. Saat itu hujan lebat mengguyur Kota Pahlawan. Namun, ini tidak bisa menghentikan langkah saya untuk tetap mengunjungi tempat bersejarah ini.

Masuk saja saya ke area Tugu Pahlawan. Dengan sedikit basah karena hujan, saya mengendap-endap berjalan mencoba mendekat pintu masuk museum. Alhamdulillah, sampai juga.

Secuil ceritanya sudah saya ceritakan di posting '10 November'. Berikut beberapa poto miniatur dan benda yang menarik versi saya sih ya.

Tampak depan area Tugu Pahlawan, Surabaya


Miniatur suasana ketika Bung Tomo orasi 'Merdeka atau Mati'


Miniatur peristiwa perobekan bendera merah-putih-biru menjadi merah-putih


Pistol Bius: bukti tim kesehatan berperan di Battle of Surabaya lainnya juga ada di Museum Sepuluh Nopember, Surabaya

Akhirnya Tiba Waktunya

Setelah beberapa waktu menunggu jadwal keberangkatan, akhirnya tiba saatnya. Hari perpisahan dan pertemuan. Perpisahan dengan orang-orang terdekat dan pertemuan dengan kawan seperjuangan satu tahun ke depan.

16 November 2015. Berangkat dari Lahat, Sumatera Selatan. Ini hari perpisahan terberat bagiku (sambil menitikkan air mata nih). Untuk pertama kalinya sejauh dan selama ini dari orang tua. Walaupun sudah lama di Palembang, jauh dari Lahat, tapi suasananya beda, entahlah kenapa. Ini cuma sementara kok, kami akan berkumpul lagi, insyaAllah.

17 November 2015. Inilah hari keberangkatan. Jadwal take off dari Bandara SMB II pukul 06.45, tapi karena alasan cuaca buruk, ditunda sampai sekitar pukul 08.00. Padahal penerbangan ke Balikpapan terjadwal 08.50 itu artinya kami rombongan wong plembang ditinggal karena otomatis bakal telat sampai Cengkareng. Oke. Setelah di Bandara Soeta Cengkareng, memang sudah berangkat pesawat yang dimaksud. Kami dipindah ke pesawat jadwal terdekat, pukul 10.15. Alhamdulillah, 13.30 WITA kami sudah tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Sudah beda satu jam lebih awal nih. Seolah harinya jadi 23 jam, hahaha.

Ada alhamdulillah-nya juga pesawat delay. Ternyata dari tadi teman-teman dari pesawat pertama ituh masih menunggu angkutan ke hotel. Alhamdulillah-nya, pas kami keluar, pas angkutan sudah siap, dan kami langsung ke hotel, Hotel Menara Bahtera. Lokasinya deket banget sama Balikpapan Center, mall terbesar di Balikpapan.

Belum ada yang dikenali selain wong plembang. Tapi inilah awal pertemuan. Satu hal yang baru disadari, menemukan orang berdasarkan poto itu susah ya ternyata, hehe. Teman satu wahana yang pertama kali teridentifikasi adalah koordinator wahana alias sang ketua, Dimas. Setelah itu mulai terlihat Fanny, Tara, Sonya, Cici, Nur, Ii, dan Runi. Selebihnya (Vita, Aiko, Vivi, Tere, Sarah, Febby, Sandy, Refky), kami bertemu di 18 November 2015. Senang bertemu kalian semua, semoga kita aman damai sejahtera selama dan setelah internsip yak.

Rombongan Wong Plembang (dari kiri): Revan, Feby, saya, Agitha, Hafiz

Kamis, 12 November 2015

House of Sampoerna

Tentang Kota Pahlawan, Surabaya, alhamdulillah, saya sempat mampir di sini walaupun hanya dua hari. Waktu itu, Maret 2015. Malam hari tiba dari Palembang, esoknya jalan, dan lusanya lanjut perjalanan lagi.

Awalnya mau jalan ditemani seorang kakak kelas, tapi di detik-detik waktu yang ditentukan, beliau menghilang tanpa kabar. Saya cuma bisa berdoa semoga beliau dalam keadaan baik selalu. Akhirnya saya jalan sendirian dan sebenarnya saya sangat buta tempat ini, maklum inilah pertama kalinya pengalaman saya menginjakkan kaki di kota Surabaya. Alhamdulillah ada google map yang setia menemani.

Kali ini tema kunjungan saya ke kota pahlawan adalah wisata sejarah. menurut kakak kelas saya itu, ada beberapa tempat yang beliau rekomendasikan, seperti Tugu Pahlawan, Museum Sepuluh Nopember, dan House of Sampoerna. Saya googling, ada satu tempat lagi yang sejalan dengan diri saya, yaitu Museum Kesehatan. Semuanya ada di tengah kota Surabaya, Kota Pahlawan.

Tujuan pertama saya adalah House of Sampoerna (HoS). Saya pilih ini yang pertama karena kabarnya ada pertunjukan yang hanya bisa dilihat di bawah jam 13. Pertunjukan apa? Jujur, sebelum masuk ke HoS, saya tidak tahu ini tempat apa. Hanya sedikit info, katanya di sana bagus, sudah, begitu saja.

Ternyata eh ternyata, ini seperti museum sejarah berdirinya perusahaan rokok Sampoerna. MasyaAllah. Pendirinya berdarah Tiongkok yang berawal dari berjualan 'biasa' di pasar Surabaya. Gigih berusaha hingga akhirnya sampai generasi ke-sekian seperti yang kita kenal sekarang. Jadi ingat iklannya di televisi, 'Sampoerna, teman yang asyik'.

Menuju lokasi ya. Ada beberapa bangunan di komplek HoS. Di depan, saya disamput beberapa security berwajah sangar bersuara lembut dan baik hati. Saya diarahkan ke gedung utama. Saya bingung, saya pikir ini tempat wisata yang notabene bakal ada biayanya, eh ternyata di sini tidak ada tiket masuk, alias gratis. Segera saya menuju tempat yang ditunjuknya. Hehehe.

Ketika pintu utama dibuka, serasa masuk rumah sendiri, seeeeng, aroma kental tembakau semerbak cepat memenuhi rongga hidung. Di sini saya disambut beberapa mbak cantik berparfum tembakau, eh, bukan, di ruangan ini ada dipamerkan perjalanan hidup pendiri Sampoerna dan beberapa contoh tembakau dan cengkeh. Wajar tembakau banget. Di ruangan lebih dalam ada beberapa alat pengolah tembakau masa lampau, koleksi tembakau dari berbagai belahan dunia, dan koleksi produk Sampoerna dari awal hingga yang terkini.

Selanjutnya saya naik ke tingkat dua, masih di bangunan utama. Di sini dijual beberapa produk HoS, yaaa bisa dijadikan oleh-oleh atau sekedar kenang-kenangan sudah pernah berkunjung kemari. Ruangan ini dibatasi kaca besar dengan stiker kamera coret. Ada apa?

Saya menengok ke arah kaca, waw, ini menakjubkan. Saya melihat ratusan ibu-ibu pelinting rokok sedang bekerja, hampir seribu jumlahnya. Inilah yang dikabarkan pertunjukan tadi. Gerakan mereka sangat cepat dan ritmik, seperti kumpulan robot hidup saja. Seorang pekerja diberi tugas menghasilkan minimal 50 linting rokok dalam waktu satu menit selama tujuh jam sehari. Bayangkan berapa juta linting rokok yang bisa dihasilkan dalam satu hari, diproduksi tiga shift setiap hari, dan habis laku di pasaran. Ini baru satu pabrik simulasi, bukan pabrik rokok Sampoerna yang utama. Lama saya termenung di sini memperhatikan mereka bekerja. Selama ini saya pikir cara terbaik gerakan stop rokok adalah menutup pabrik rokok itu sendiri. Lalu, bagaimana nasib ribuan pekerja di sini, makan apa nanti mereka. Ya sudah, saya pikir inilah siklus kehidupan.

Lanjut ya. Setelah puas melihat pertunjukan ini, saya menuju gedung lainnya. Ada galeri seni. Berbagai lukisan cantik dipamerkan. Beberapa sempat saya poto.

Tidak terasa saat itu sudah lewat Zuhur. Saya harus lanjutkan perjalanan. Lagi, saya bingung, kemana dan gimana. Saya tanya pak security, saya mau ke Tugu Pahlawan. Segera dipanggilkan beca. Saya diingatkan untuk hati-hati karena sendirian dan orang asing di sana. Baiklah pak, terima kasih. Saya lanjut ke Tugu Pahlawan.

Selasa, 10 November 2015

Islam Warnai Orasi Bung Tomo

Tidak ada yang memungkiri, orasi Bung Tomo, 10 November 1945, sangat mencerminkan jiwa bangsa ini. Orasi ini adalah perwakilan suara rakyat Indonesia yang ingin merdeka dan selalu merdeka. Istimewa, karena di balik sosok beraninya Bung Tomo, beliau tetap religius, menjunjung Islam dalam setiap langkahnya. Allahuakbar!

Ini tercermin dari orasi yang melegenda tersebut. Berikut saya kutip penggalan orasi yang dimaksud.



Bagaimana menurutmu?



10 November

Ini tanggal bersejarah bagi negeri ini. Di tanggal ini 70 tahun yang lalu, dunia menjadi saksi bahwa bangsa ini tak mau dijajah. Hanya ada dua pilihan, merdeka atau mati. Semboyan ini dideklarasikan oleh seorang pahlawan nasional, Sutomo, atau yang lebih akrab dikenal dengan Bung Tomo.

Sejak dari bangku sekolahan, saya kenalnya Bung Tomo ini punya sejarah aksi heroik merobek bendera. Ternyata, aksi heroik Bung Tomo bukan hanya sekedar merobek bendera merah-putih-biru di atas Hotel Yamato menjadi bendera merah-putih. Bung Tomo ini orator hebat, entah berapa kali beliau orasi membakar semangat anak bangsa ini. Dari sekian pidatonya itu, ada sebuah pidato yang diabadikan di Museum Sepuluh November, Surabaya. Ini pidato yang paling melegenda.

Saya membaca teks ini setelah puluhan tahun kata-kata tersebut diucapkan. Waktu tidak bisa membatasi sebaran energi semangat Bung Tomo. Saat membaca ini, campur aduk rasanya, antara terharu, bangga, sedih, semangat, dan malu.

Terharu, karena kakek-nenek kita dulu sebegitu semangat mempertahankan dan merebut kemerdekaan ini. Bangga, karena kakek-nenek kita dulu berani sekali melawan penjajah dengan segala keterbatasan saat itu. Sedih, karena saya yakin ada ribuan kakek-nenek kita juga yang gugur di pertempuran, bahkan namanya pun ada yang tak diketahui. Semangat, jelas, ini seruan untuk semua pemuda Indonesia untuk selalu bangkit lebih baik dan terus berjuang meng-eksis-kan Indonesia. Malu, di usia sekian, setelah puluhan tahun berlalu, sudah berapa banyak yang telah-sedang-akan kita -baca: saya- lakukan untuk bangsa ini?

Di hari ini, mengingat kembali 10 November, saya ingin mengutip sebuah kalimat dari orasi Bung Tomo ini,
"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyau darah merah yang dapat membikin secarik kertas kain putih merah dan putih maka selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapa pun juga"

Inilah Indonesia, selamat hari pahlawan, selamat menjadi pahlawan baru bagi Indonesia!

Jumat, 06 November 2015

TPA Darussalam (2)

Melanjutkan cerita yang lalu tentang TPA Darussalam...

Agustus 2015 saya melihat kembali secara langsung TPA ini. Menyenangkan, santri tetap buanyak, tempat belajar-mengajar mengaji semakin nyaman, dan ada beberapa program tambahan selain belajar membaca Alquran, seperti program hapalan juz Amma. Namun, di balik itu, tetap saja ada satu masalah yang cukup sulit.

Saat saya belajar di sana, tahun 2000-an, baik santri maupun tim pembimbing (ust/ustadzah) seimbang dari segi kuantitas. Satu ust/ustadzah rerata membimbing satu kelompok yang terdiri dari sekitar 10 orang. Jumlah tim pembimbing pun banyak, jika ditotal lebih dari 20 orang. Saat ini...

Ya, saat ini terjadi sedikit pergeseran. Mungkin jumlah santri rerata sama setiap tahun, tetapi tim pembimbing berkurang drastis. Ada yang berumah tangga dan pindah mengikuti suami, ada yang mengurus bayi karena baru melahirkan, ada yang kerja di jam-jam belajar TPA. Semua kesibukan ini jadi membatasi kesempatan membimbing anak-anak belajar mengaji. Hingga akhirnya saat ini jumlah tim pembimbing tinggal 8 orang.

Jika dilihat dari penghasilan, ya Allah, sungguh ikhlas guru-guru kami ini. Di tengah kesibukan lain, mereka masih sempatkan diri membimbing anak-anak belajar mengaji. Tidak mengharap income yang 'wah' pula. Kata Bu Hayati, salah seorang ustadzah, "Biar aja kita tidak dapat gaji berupa duit, nanti mah bakal dibayar dengan surga oleh Allah, aaaaaamiin".

Inilah motivasi mereka, investasi jangka panjang, surganya Allah. Karena sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Alquran, karena ilmu yang bermanfaat ini kelak akan menjadi amal jariyah yang tak terputus aliran pahalanya, karena janji Allah siapa yang menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongnya.

Kurang dari 2 minggu lagi saya berada di TPA ini, entah akan ada kesempatan lagi atau tidak di kemudian masa untuk bergabung menjalankan belajar-mengajar mengaji di sini lagi. Di balik itu semua saya mah yakin TPA Darussalam ini bakal semakin banyak mencetak generasi rabbani, semakin terdepan menyiapkan muda-mudi Perumnas Selawi yang Islami, dan semakin sejahtera masjid kesayangan, Masjid Darussalam.

Rabu, 21 Oktober 2015

TPA Darussalam (1)

Taman Pengajian Alquran (TPA) Darussalam adalah tempat saya belajar membaca Alquran terlama semasa kecil dulu. Lokasinya berada di Griya Selawi Indah alias Perumnas Selawi, Lahat, Sumatera Selatan. Diberi nama Darussalam, seperti nama salah satu surga, yang juga merupakan nama masjid tempat kami belajar dari dahulu hingga sekarang.

Awal mula terbentuk pada awal tahun 2000-an, saat itu Pak Anwar Saepulloh mendirikan pengajian untuk anak-anak di salah satu rumah kosong seberang rumah beliau di blok C Perumnas Selawi. Beliau adalah guru kami mengaji di samping pekerjaan resmi beliau sebagai pegawai PT. KAI Lahat. Tahun-tahun awal beliaulah yang menjadi satu-satunya guru mengaji di sini dengan jumlah santri lebih dari 25 orang. Beliau menyimak dan mengajari kami mengaji di sore hari sepulang kerja. Pukul 16.00 WIB beliau pulang, solat ashar sebentar, langsung mengajari kami mengaji sampai menjelang magrib. MasyaAllah...

Waktu berjalan hingga santri semakin banyak. Kemudian istri beliau juga membantu menjadi ustadzah juga, kemudian ada Pak Badrun yang baik hati dan sangat lembut juga membantu menjadi ustadz, kemudian ada ustadzah lain juga: Ibu Anisa dan Ibu Yuni. Kami masih belajar di sekitar rumah Pak Anwar hingga akhirnya dibangunlah masjid untuk warga Perumnas Selawi, yaitu Masjid Darussalam.

Dulu, tanah tempat mendirikan masjid adalah padang rumput yang tinggi, bahkan kalau saya kecil memasukinya tak nampak lagi kepala saya dari kejauhan, tinggi dan luas sekali. Tanah ini di tengah perumahan, memang disediakan pengelola perumahan untuk fasilitas umum dan berada di lereng bukit membuat nampak sebagian pemandangan kota Lahat dari sana. Di sebelah kiri dan kanan tanah itu ada jalan utama perumahan. Strategis sekali.

Sejak masjid bisa digunakan, kami pindah mengaji di masjid. Namun sayang, saat itu Pak Anwar dan keluarga sudah pindah ke Bandung hingga sekarang. Guru kami mengaji pun sudah berganti dan semakin banyak, ada Pak Yul Afrian, Pak Zulkifli, Pak Ribut, Pak Marhani, Pak Mansis, Pak Watsiq, Pak Rozali, Bu Jasniati, dan kakak-ayuk: Kak Adi, Kak Andi, Kak Dadang, Yuk Muslia, Yuk Zakia, dan lain-lain. Saat itu banyak sekali yang sempat mengajar ngaji, bahkan kami (santri) pun sempat dikader menjadi ustadz/ustadzah seperti mereka. Namun, akhirnya sekolah formal membatasi keterlibatan kami dalam belajar-mengajar Alquran di TPA ini.

Bertahun-tahun lamanya saya tidak mengikuti lagi perkembangan TPA ini. Kabar terakhir yang saya tahu, TPA memiliki struktur yang lebih rapi, ada kepala sekolah (Pak Yul Afrian) dan staf ustadz/ustadzah yang semuanya tergabung dalam BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia), organiasai yang menaungi TPA se-Indonesia. Ruangan khusus untuk belajar mengaji pun sudah dibangun di pekarangan masjid. Santri terlihat semakin banyak yang didominasi anak sekolah dasar dari seluruh blok di perumahan bahkan sampai datang dari desa tetangga, Desa Selawi dan Desa Muara Siban.

Agustus 2015 lalu, saya kembali, setelah lebih dari 10 tahun saya 'meninggalkan'-nya. Saya tertarik melihat kembali bagaimana kabar TPA kesayangan saya ini. Kebetulan kepala sekolah sendiri yang meminta saya untuk bergabung kembali sambil mengisi waktu saya yang sangat luang saat itu. Apa yang saya temui di sini?

Poto keluarga Pak Anwar Saepulloh (beliau yang ada di paling kiri)

Sabtu, 17 Oktober 2015

Bingung? Ada doanya nih!

Suatu ketika Nabi Musa as masuk ke kota Memphis. Beliau mendapati dua orang lelaki yang sedang berkelahi, salah seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya (kaum Fir'aun). Orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari pihak musuhnya. Lalu beliau meninjunya dan kemudian musuhnya itu meninggal dunia. Beliau menyesal dan menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu akibat perbuatannya.

Singkat cerita, ada seseorang dari ujung kota yang memberi tahu Nabi Musa as bahwa para pembesar negeri sedang berunding untuk membunuh beliau karena peristiwa sebelumnya. Seseorang itu menyarankan agar Nabi Musa as keluar dari kota itu. Nabi Musa as mengikuti saran dari seseorang tersebut. Beliau keluar dari kota dengan rasa takut ada yang menyusul atau menangkapnya. Beliau kemudian berdoa untuk keselamatannya. Saat itu Nabi Musa as menuju arah negeri Madyan dan beliau berdoa lagi,

"mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar"

Lepas dari sepenggal kisah Nabi Musa as yang tertera dalam Q.S. Al-Qasas: 15-22 tersebut, ternyata doa yang saya kutip di atas bisa dicontoh lho untuk kita yang sedang dalam kondisi bingung. Manusia kan memang selalu dalam kondisi beberapa pilihan yang sering kali membuatnya bingung, bingung memilih, menentukan arah, ataupun bingung-bingung lainnya. Jadi saat bingung, tidak perlu lagi ya ditambah cemas, takut, ataupun gundah gelisah galau gulana, mohon petunjuk Allah swt dan kita coba sama-sama menerapkan doa Nabi Musa as, mudah-mudahan Allah swt memimpin kita ke jalan yang benar.

Rabu, 14 Oktober 2015

Doa Favorit (1)

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh"

Sepotong doa dari salah satu ayat Alquran, Q.S. An-Naml:19, ini adalah doa Nabi Sulaiman as ketika melewati lembah semut. Entah mengapa, ini menjadi doa favorit saya.

Jika tidak salah doa ini dua kali diulang dalam Alquran dengan redaksi serupa, membuat saya yakin ini doa spesial banget. Lagi-lagi isinya tentang 'bersyukur'. Saya belum hapal ada berapa ayat, tapi yang jelas ada banyak ayat yang menyebutkan tentang bersyukur. Mengapa? Apakah bersyukur itu susah?

Sepertinya ya, bersyukur itu susah. Padahal dalam janji-Nya, jika kita bersyukur maka akan ditambah nikmat, sedangkan apabila kita kufur maka diberitakan bahwa ada azab yang sangat pedih. Inilah mengapa saya sangat suka doa ini. Saya khawatir tidak akan pernah seimbang antara syukur dan nikmat yang selalu memfasilitasi kehidupan sejak saya berupa sebuah sel hidup. Walaupun mungkin tidak akan pernah seimbang, setidaknya saya berusaha dan ingin mengajak sahabat juga untuk menjadi syakura, yaitu orang-orang yang pandai bersyukur. Semoga ya.

Kamis, 01 Oktober 2015

Wahana Terpilih!

Terjawablah pertanyaan kemarin, di mana?

Entah kenapa tangan ini mengarahkan kursor ke klik 'pilih' di wahana ini, RSUD Taman Husada Kota Bontang, Kalimantan Timur.

Yeah, Kalimantan. Ini akan menyenangkan karena ini pertama kalinya dalam sejarah kehidupan saya akan mengukir jejak di Pulau Borneo, Kalimantan. Semangat!

Rabu, 30 September 2015

Pemilihan Wahana

Dig dug dig dug dig dug dig dug -semakin cepat- dig dug dig dug dig dug dig dug dig dug dig dug dig dug

Kira-kira begitulah rasa denyut jantung sekarang. Hari ini pemilihan wahana internsip, nasional. Pemilihan wahana lokal sudah berlangsung kemarin. Alhamdulillah, teman-teman sebagian sudah mendapatkan wahana yang diharapkan. Saya? Hari ini, tepat pukul 08.00 WIB, insyaAllah.

Di mana?

Bagaimana?

Siapa?

Kapan?

akan segera terjawab setelah masa-masa yang menentukan ini.

fa idza 'azamta fa tawakal 'alallah

Jumat, 18 September 2015

Selecta, Batu-Malang, Jawa Timur

Ingin cerita tentang perjalanan ke sini, tapi....


kali ini saya biarkan gambar yang menceritakannya

Kamis, 17 September 2015

Yeay Valid!

Alhamdulillah, 14 September 2015, akun divalidasi. Artinya, sudah terdaftar untuk bisa memilih wahana periode internsip kali ini. Sesuai yang diumumkan sebelumnya bahwa proses validasi akan berlangsung selama masa pendaftaran online hingga mendekati hari pemilihan wahana. Alhamdulillah lagi, teman-teman batch Mei 2015 juga bisa memilih bareng dengan teman-teman batch Februari 2015 untuk pemilihan wahana periode November 2015 ini.

Man shabara zhafira

Senin, 14 September 2015

Selama Menunggu...

Di pertengahan waktu menunggu ini, muncul cerita tentang dokter yang sudah lulus kuliah, sudah diwisuda, sudah ujian kompetensi, dan bahkan sudah siap mengabdi. Namun, apa daya, ini tentang menunggu, lagi-lagi tentang menunggu. Berikut sepotong cerita yang saya baca di berbagai grup mahasiswa kedokteran.

"Copas dr.Atma Gunawan,Sp.PD,K-GH,FINASIM ketua PAPDI Malang.

Di pesawat, disamping saya ternyata mahasiswa kedokteran . Dia cerita masih nganggur, setahun ini belum dapat penempatan utk internship.
Maka keluarlah cerita mengharukan.

Ternyata utk mencapai dokter umum sekarang ini panjang sekali, dan melelahkan : preklinik 4 th, koas 2 th. Lalu menunggu 3 bl utk ujian UKDI (ujian kompetensi dokter Indonesia). Hasil UKDI baru dua bulan kemudian keluar. Banyak juga harus mengulang UKDI. Kemudian mengurus STR (surat tanda registrasi) satu bulan keluar. Lanjut lagi internship 1 th. Dan utk dapat tempat internship menunggu satu tahun ! Jadi utk dapat SIP (surat ijin praktek) butuh 8.5 tahun ! Sejatinya adalah 7 tahun, tapi 1.5 tahun adalah menunggu dan menunggu. Wah ini kalau di level pendidikan kesarjanaan, maka sudah selesai S3.

Mengapa ini begitu lama? Apakah utk level kompetensi dokter umum membutuhkan waktu selama itu? Apakah birokrasi dan organisasi yg terkait begitu buruk sehingga waktu menunggu 1.5 th?

...."

Terlepas dari pertanyaan mengapa dan mengapa, saya lebih tertarik cerita ngapain para dokter fresh ini selama masa menunggu. Berikut saya kutip hasil survei terhadap 120 dokter fresh salah satu universitas di Sumatera yang menunggu masa internsip. Survei ini diselenggarakan oleh teman yang baik, dr. Enggar Sari Kesuma Wardhani dan Eddy (adik tingkat).


Tidak lepas dari kata 'kreatif'. Para dokter ini tidak mau begitu saja 'menganggur', ada-ada saja yang mereka kerjakan. Lha saya ngapain ya? Hehe, saya akan cerita di lain waktu.

Mungkin ini bisa menginspirasi teman-teman yang sama-sama akan segera memasuki masa menunggu? Tapi semoga untuk periode selanjut-selanjutnya tidak perlu begitu lama menunggu lah ya.

Aaa blog ini tentang....

Awalnya blog ini saya buat memang untuk mencatat hal-hal yang menurut saya penting, terutama berkaitan dengan suatu kejadian yang saya alami, kegundahan hati, dan semua unek-unek lainnya. Karena saya cukup introvet, saya tidak ingin gamblang mencurahkan isi hati dan pikiran di tulisan sehingga saya menulis dengan berbagai analogi di posting awal-awal blog ini sehingga hanya saya yang mengerti dan paham ini tulisan tentang apa dan kejadian apa yang melatarbelakangi publikasinya. Beda dulu, beda sekarang. Saya mulai menulis hal-hal yang lebih bermanfaat (semoga).

Beberapa kali saya vakum dari dunia asal tulis ini. Namun, saya kembali tertarik menulis walaupun saya sadari tulisan saya banyak kurang berbobotnya, hehe. Karena saya pikir apa yang saya alami tidak akan semuanya terekam dalam long term memory sehingga suatu saat saya bisa saja lupa akan suatu kejadian atau hal tersebut. Seperti kata pepatah, tulisan lebih baik daripada ingatan terbaik. Jadi, kalau suatu hari nanti saya baca kembali apa yang pernah saya tulis, saya bisa kembali mengenang 'oh, ini cerita tentang itu, saya pernah merasa gini, saya ke sana sama si A, saya pernah coba ini-itu' gitu kira-kira.

Karena ini sudah 2015 sedangkan blog ini berawal dari 2011, tentu sangat banyak hal yang terlewatkan untuk diceritakan di sini. Gegara vakum berkali-kali sih. Kalau ada yang menggelitik ingatan, saya coba tulis lagi, hehe. Jadi maklum saja kalau postingan tidak runtut kronologi waktunya.

Berbagi. Ini juga yang menjadi dasar posting blog karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Siapa tau ada yang mencari tentang sesuatu dan kebetulan pernah saya tulis di sini, jadi saya bisa berbagi informasi tentang suatu hal, terutama yang berhubungan dengan hal-hal yang menjadi judul tab-tab dalam blog ini. Sedikit sih, tapi bukankah suatu lukisan terdiri dari titik-titik tinta beragam warna?

Nah, motivasi nih buat saya sendiri khususnya, tulislah, bukankah setiap saat kita meninggalkan jejak?

Sabtu, 12 September 2015

Menunggu Validasi

Setelah dibingungkan dengan wahana mana yang nanti akan dipilih, ada lagi yang membuat was-was. Pasalnya kami sudah mendaftar online sejak beberapa waktu lalu dan sampai saat ini diposting, akun kami se-universitas belum ada yang divalidasi. Oh, bukan, mungkin akun seluruh orang yang mendaftar online.

Daftar apa sih?
Validasi apa sih?

Sebelum penempatan internsip, dokter calon peserta internsip harus mendaftar terlebih dahulu. Pendaftaran online. Saat periode November 2015, pendaftaran online dibuka pada 1-19 September 2015. Di sini, calon peserta diminta mengisi beberapa data terkait dengan keperluan selama internsip kelak, terdiri dari identitas diri, kontak, alamat, STR, rekening, dan NPWP.

Setelah mendaftar, akun calon peserta akan divalidasi oleh pihak yang berwenang, yaitu KIDI (Komite Internsip Dokter Indonesia). Akun akan menjadi valid jika data yang calon peserta isi sama dengan data yang dikirim melalui sistem online. Karena itu, pengisian data mesti hati-hati banget. Kesalahan dalam pengisian data membuat akun tidak bisa divalidasi. Setelah divalidasi, calon peserta baru bisa memilih wahana pada waktu yang ditentukan (rencananya 29-30 September 2015).

Nah, validasi ini. Sempat membuat deg-degan juga. Begitu pentingnya validasi ini membuat selalu was-was, bisa milih nggak ya periode ini, apakah ada kesalahan, kenapa belum divalidasi, kenapa lama validasi, dan kenapa-kenapa lainnya. Karena validasi ini dilakukan per universitas, jadi selama teman-teman se-universitas belum ada yang divalidasi, cukup bisa membuat tenang, berarti memang belum giliran universitas kita yang divalidasi, selain mesti dipastikan data yang di-upload memang benar-benar benar.

Alhamdulillah, ada teman-teman 'tim nasional' yang bersedia meng-update info dari KIDI. Mereka menyampaikan berbagai pertanyaan dari teman-teman se-Indonesia terkait masalah internsip ke KIDI, mengawal program internsip periode ini supaya berjalan sesuai harapan calon peserta, termasuk masalah validasi akun calon peserta yang tak kunjung valid ini. Jazakumullahkhairkatsir. Terima kasih ya. Semoga internsip kita berkah, lancar, aman, damai, dan sejahtera.

Selasa, 08 September 2015

Museum Angkut

Berada di tengah mobil-mobil antik ini serasa berada di suatu masa di tempat yang bukan di Indonesia. Mungkin cuma saya sih yang merasa demikian. Tapi ini nyata ada di Indonesia lho, tepatnya di Museum Angkut, Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Yang lagi jalan-jalan ke Malang, jangan bilang nggak sempat ke sini, bisa nyesel lho, hehe.

Kalau museum itu identik dengan benda prasejarah, sunyi, sepi, kuno, dan membosankan, Sahabat tidak akan menemukan itu semua di Museum Angkut ini. Dari pertama memasuki ruang museum saja pengunjung sudah disambut oleh miniatur Bumblebee, salah satu robot di film Transformer. Semakin dijelajahi, semakin suka, dan semakin tipis ruang memori karena bakal penuh dengan poto-poto karena memang banyak sudut yang unik untuk latar belakang poto.

Museum ini menampilkan sejarah perkembangan alat transportasi, mulai dari yang tradisional memanfaatkan hewan seperti gerobak dan andong hingga kendaraan termodern saat ini, dari berbagai penjuru bumi, dan dari masa ke masa. Koleksi museum ini sangat banyak dan kreatif penataannya. Seperti di Batu Secret Zoo, pengunjung akan melalui jalan yang akan membawanya mengelilingi semua tempat di museum ini. Jadi, semua koleksi akan sempat terlihat semua.

Ini beberapa koleksi Museum Angkut yang saya suka.

Mobil dari Anyaman bambu

Mobil panjang, Limousine?

Kabinkruiser 1957, mobil kodok?

Triumph, mobil tanpa atap, hehe

Sepeda roda empat, cikal bakal ide mobil?

Koleksi Motor, ada yang sama?

Mau pilih mobil yang mana hayo?

Uniknya, Museum Angkut juga menyediakan koleksi yang membuat kita seolah merasa berada di atas angkutan tersebut. Misalnya, kereta. Ketika melewati lorong ini, suara khas kereta jelas sekali terdengar dan lantai pun bergoyang seolah kita berjalan di atas gerbong kereta yang sedang melaju. Jendela pun dihias seolah kita melihat pemandangan berjalan dari jendela kereta. Nah, setelah keluar dari lorong kereta itu, ketahuan, ternyata lorong itu dibuat di atas jembatan, seperti jembatan gantung, wajar goyang-goyang. Kreatif.

Alhamdulillah, saya ke sana bersama kakak tersayang dan teman-temannya. Terima kasih banyak ya Mas Aji. Semoga ada kesempatan kita ramai-ramai sekeluarga main dan jalan bareng seperti ini.