Rabu, 21 Oktober 2015

TPA Darussalam (1)

Taman Pengajian Alquran (TPA) Darussalam adalah tempat saya belajar membaca Alquran terlama semasa kecil dulu. Lokasinya berada di Griya Selawi Indah alias Perumnas Selawi, Lahat, Sumatera Selatan. Diberi nama Darussalam, seperti nama salah satu surga, yang juga merupakan nama masjid tempat kami belajar dari dahulu hingga sekarang.

Awal mula terbentuk pada awal tahun 2000-an, saat itu Pak Anwar Saepulloh mendirikan pengajian untuk anak-anak di salah satu rumah kosong seberang rumah beliau di blok C Perumnas Selawi. Beliau adalah guru kami mengaji di samping pekerjaan resmi beliau sebagai pegawai PT. KAI Lahat. Tahun-tahun awal beliaulah yang menjadi satu-satunya guru mengaji di sini dengan jumlah santri lebih dari 25 orang. Beliau menyimak dan mengajari kami mengaji di sore hari sepulang kerja. Pukul 16.00 WIB beliau pulang, solat ashar sebentar, langsung mengajari kami mengaji sampai menjelang magrib. MasyaAllah...

Waktu berjalan hingga santri semakin banyak. Kemudian istri beliau juga membantu menjadi ustadzah juga, kemudian ada Pak Badrun yang baik hati dan sangat lembut juga membantu menjadi ustadz, kemudian ada ustadzah lain juga: Ibu Anisa dan Ibu Yuni. Kami masih belajar di sekitar rumah Pak Anwar hingga akhirnya dibangunlah masjid untuk warga Perumnas Selawi, yaitu Masjid Darussalam.

Dulu, tanah tempat mendirikan masjid adalah padang rumput yang tinggi, bahkan kalau saya kecil memasukinya tak nampak lagi kepala saya dari kejauhan, tinggi dan luas sekali. Tanah ini di tengah perumahan, memang disediakan pengelola perumahan untuk fasilitas umum dan berada di lereng bukit membuat nampak sebagian pemandangan kota Lahat dari sana. Di sebelah kiri dan kanan tanah itu ada jalan utama perumahan. Strategis sekali.

Sejak masjid bisa digunakan, kami pindah mengaji di masjid. Namun sayang, saat itu Pak Anwar dan keluarga sudah pindah ke Bandung hingga sekarang. Guru kami mengaji pun sudah berganti dan semakin banyak, ada Pak Yul Afrian, Pak Zulkifli, Pak Ribut, Pak Marhani, Pak Mansis, Pak Watsiq, Pak Rozali, Bu Jasniati, dan kakak-ayuk: Kak Adi, Kak Andi, Kak Dadang, Yuk Muslia, Yuk Zakia, dan lain-lain. Saat itu banyak sekali yang sempat mengajar ngaji, bahkan kami (santri) pun sempat dikader menjadi ustadz/ustadzah seperti mereka. Namun, akhirnya sekolah formal membatasi keterlibatan kami dalam belajar-mengajar Alquran di TPA ini.

Bertahun-tahun lamanya saya tidak mengikuti lagi perkembangan TPA ini. Kabar terakhir yang saya tahu, TPA memiliki struktur yang lebih rapi, ada kepala sekolah (Pak Yul Afrian) dan staf ustadz/ustadzah yang semuanya tergabung dalam BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia), organiasai yang menaungi TPA se-Indonesia. Ruangan khusus untuk belajar mengaji pun sudah dibangun di pekarangan masjid. Santri terlihat semakin banyak yang didominasi anak sekolah dasar dari seluruh blok di perumahan bahkan sampai datang dari desa tetangga, Desa Selawi dan Desa Muara Siban.

Agustus 2015 lalu, saya kembali, setelah lebih dari 10 tahun saya 'meninggalkan'-nya. Saya tertarik melihat kembali bagaimana kabar TPA kesayangan saya ini. Kebetulan kepala sekolah sendiri yang meminta saya untuk bergabung kembali sambil mengisi waktu saya yang sangat luang saat itu. Apa yang saya temui di sini?

Poto keluarga Pak Anwar Saepulloh (beliau yang ada di paling kiri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar