Minggu, 06 November 2016

Merindukan Kalian (1)


Setiap pertemuan akan selalu ada perpisahan. Setiap permulaan akan selalu ada akhirnya. Begitu juga cerita tentang kita. Iya, kita, tim dokter internsip RSUD Taman Husada Bontang jilid IV.



Bersama kalian, aku menjalani manis-pahit-asin-asam-pedas-nya kehidupan dokter internsip di tanah rantau. Kalian bukan sekedar kenalanku lagi, tapi kalian adalah sahabat, keluarga, saudara seperjuangan di sana. Kalian saling melengkapi dengan semua keunikan pembawaan dan kebiasaan yang berbeda. Kalian luar biasa.



Pada akhirnya, masa itu tiba. Kita harus melangkah lagi. Padahal rasanya baru sebentar kita berkenalan, bercanda tawa, bercerita-cerita, belajar bersama tentang berbagai hal. Ah, berat rasanya menyebut masa itu adalah suatu perpisahan. Namun, walaupun kita tak di satu tempat lagi, aku yakin kebiasaan saling mendoakan, mengingatkan, menyemangati di antara kita akan tetap terpelihara.

Berdiri dari kiri: dr. Tara Feronia, dr. Sonya Arih Mehuli Ginting, dr. Putri Auliya, dr. Vita Rona Cendrana, dr. Vivian Otha Vasthi, dr. Khairunnisa Imaduddin, dr. Sarah Safira Umarghanies, aku, dr. Fanny Arcelia, dr. Nurhasanah, dr. Rizky Armeilia, dr. Gun Aiko Sulistyowati Retnoningrum, dr. Theresia
Duduk dari kiri: dr. Donald Manuain, dr. Refky Juliandri, dr. Sandy Gunawan, dr. Febby, dr. Dimas Satrio Baringgo

Sukses selalu ya guys, i love you all, dan aku akan selalu merindukan kalian.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Mengenang Masa Setahun Lalu



Pertanyaan demi pertanyaan mengalir ketika setahun lalu hendak memilih wahana internsip. Hampir setahun pula semua pertanyaan itu terjawab satu per satu. Tak terasa tinggal kurang dari sebulan lagi selesai masa internsip, sebenarnya sangaaaaat terasa sih, tapi jika kita coba menikmati, alhamdulillah, karena memang akan berlalu dan memang harus dilalui.

Pada umumnya calon dokter internsip akan memilih wahana yang ternyaman, dari segi keilmuan, kerja, fasilitas, dan lingkungan. Ternyata, setelah dijalani, akan lebih mudah memilih ketika kita mengetahui apa yang kita cari. Benar, apa yang kita cari, ingin dapat apa (atau siapa) kita di sana, atau apa tujuan utama kita nanti di sana. Ini akan mempermudah menentukan wahana mana yang kita pilih.

Jika ditanya, 'Apakah tempat kakak internsip recommended?'
Saya akan jawab, 'Apa yang ingin dicari?'

Bukan tidak merekomendasikan, tapi nanti beda ekspektasi karena beda tujuan yang ingin dicapai. Ini yang saya hindari. Misal, teman-teman mencari wahana yang dokter spesialisnya welcome banget, sering sharing, dan nyaman untuk konsultasi, saya dengan yakin menjawab RSUD Taman Husada Bontang adalah tempat yang sangat cocok untuk dokter internsip tipe ini. Tapi, jika teman-teman mencari wahana dengan fasilitas rumah dinas yang dekat dengan RS atau puskesmas, dengan yakin juga saya menjawab, sebaiknya tidak memilih wahana ini.

Nah, pada akhirnya, di setiap fase kehidupan, kembali kita diposisikan untuk memilih. Di mana pun berada, apa pun pilihan kita, semoga pilihan kita semua tepat, sesuai harapan, dan barokah ya.


Rabu, 05 Oktober 2016

Stase Terakhir: Rawat Inap

Alhamdulillah. Di setiap tempat dan waktu, selalu ada nikmat yang secara sadar maupun tidak kita sadari selalu mengiringi langkah kita. Begitu juga internsip ini. Tidak terasa (sebenarnya sangat terasa jika dipikirkan terus-menerus), menjelang 43 hari kepulangan yang artinya internsip di RSUD Taman Husada Bontang ini akan segera berakhir. Sebelum benar-benar berakhir, ada satu stase yang mesti dijalani, yaitu rawat inap.



Jika di Puskesmas kami dokter internsip bertemu dengan pasien sakit dan juga sehat, di IGD kami menemui pasien gawat dan darurat, di ruang rawat inap bisa dipastikan: kami selalu bertemu pasien sakit. Namun, bukan berarti tidak ada yang gawat maupun darurat. Memang rerata pasien yang sudah masuk ruang rawat inap adalah yang stabil, tapi kondisi pasien bisa sewaktu-waktu berubah menjadi gawat dan darurat dan meninggal, tidak hanya di ruang perawatan intensif (ICU, PICU, NICU), di ruang perawatan biasa pun ada juga, malah banyak.

Di RSUD Taman Husada Bontang, dokter internsip bebas eksplorasi ke semua ruangan rawat inap. Nama ruang-ruang di sini seperti nama bunga: Wijaya Kesuma (VVIP), Seruni (ruang rawat VIP dan kelas 1), Cempaka (ruang rawat pediatri), Edelweis (ruang rawat bedah, neuro, THT, dan mata), Bougenvil (ruang rawat interna, jantung, dan paru), Flamboyan (ruang rawat obs-gin), dan Mawar (VK). Namun, tidak menutup kemungkinan ada rawat bersama di setiap ruangan tersebut.

Mainan kami di sini adalah status-status berwarna-warni seperti di gambar pertama. Semua advis, tindakan, dan informasi untuk pasien mesti tertera di status ini. Kalau kata ibun (drg. Agustin, direktur RSUD Taman Husada Bontang), apa yang dikerjakan itu ditulis dan apa yang ditulis itu dikerjakan.



Menjadi dokter jaga ruangan tidak bisa lepas dari telepon, baik handphone pribadi, handphone ruangan, maupun telepon ruangan. Telepon ini sangat membantu proses jaga karena semua komunikasi via telepon: perawat lapor ke dokter jaga, dokter jaga saling koordinasi, dokter jaga memberi advis, dan konsultasi ke dokter spesialis. Nah, ini konsultasi ke dokter spesialis nih yang paling penting. Umumnya lapor hasil pemeriksaan penunjang yang diminta oleh spesialis, konsultasi jika ada perubahan kondisi pasien, mengusulkan pemeriksaan/tindakan/terapi yang diperlukan oleh pasien, dan konfirmasi advis spesialis yang kadang tidak terbaca apa tulisannya, hahaha.

Ada suka duka nih kalau konsul atau lapor ke spesialis. Yang pasti akan menjadi suka jika spesialisnya mudah dihubungi dan advisnya jelas. Dukanya, jika spesialis tak kunjung angkat telepon atau tak balas konsul via whatsapp/sms. Uniknya, ada-ada saja spesialis yang iseng ngerjain kita, bahkan dokter senior juga dikerjain, itu seperti di gambar nomor 2: ceritanya itu dr.Ratih (dokter senior yang pakai kerudung ungu) sedang konsul via telepon ke dr.Suhardi, SpJP (dokter yang berdiri di belakang dr.Ratih). Saking seriusnya konsul, dr.Ratih itu tidak sadar sama sekali bahwa dr. Suhardi, SpJP itu sebenarnya sudah berdiri di sana dari pertengahan konsul dan dr.Suhardi,SpJP pun tetap membiarkan dr.Ratih seperti itu sampai selesai konsul, hahaha, kena deh dok.



Di stase ini saya sendiri khususnya banyak sekali mendapat pelajaran, seperti menata laksana keluhan pasien rawat inap yang tentu berbeda dengan di puskesmas maupun IGD; komunikasi ke karyawan, perawat, sesama internsip, dokter senior, dan juga dokter spesialis; menemui kondisi-kondisi akhir kehidupan seorang pasien; bahagianya melihat pasien tersenyum pulang dengan semakin sehat; dan mengenal lebih banyak karakter manusia. Yang paling seru itu, pas capek jaga lagi laper banget eh ditawarin makan bareng mbak-mbak perawat/karyawan di semua ruang perawatan, hihihi. Seperti di poto terakhir, kita lagi makan sop singkong (karya chef Marni, CS) bareng sama mbak-mbak perawat di ruang Edelweis. Alhamdulillah...

Intinya mah bener seperti yang dikatakan di peribahasa: di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Terapkan saja, insyaAllah nyaman dan menyenangkan di mana pun kaki melangkah.

Minggu, 18 September 2016

ACLS Bersejarah di Bontang


16-18 September 2016

Untuk kali pertama, Advanced Cardiac Life Support (ACLS) diselenggarakan di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Ini sejarah. Ketua tim instruktur pun menyatakan bahwa ini adalah ACLS terbaik yang pernah beliau hadiri sebagai instruktur, pasalnya di salah satu titik Kalimantan ini panitia sanggup dengan sangat baik mengadakan pelatihan dengan jumlah peserta terbanyak, yaitu mencapai 70 peserta, yang berasal dari berbagai daerah di Kalimantan dan Sulawesi.

Walaupun ada beberapa keluhan saat pelaksanaan, tapi so far itu tidak begitu mengganggu pelaksaan pelatihan. Panitianya keren banget lah.

ACLS ini dilaksanakan di Hotel Oak Tree. Kabarnya ini hotel sering digunakan untuk acara kedinasan Kota Bontang. Jadi sudah selayaknya mereka terbiasa dan sudah berpengalaman menjadi fasilitator pelaksanaan berbagai macam kegiatan. Ini poin plusnya.

Dari segi materi dan latihannya, memang luar biasa mantap. Instrukturnya? Jika bertemu di jalan dan belum kenal, siapa pun mungkin tidak akan menyangka bahwa para instruktur ini adalah orang-orang hebat, ahli jantung. Jantung bro!

Yang menjadi momok adalah entah mengapa setiap kali ada yang ikut pelatihan, pasien yang akan datang adalah seperti apa yang sedang dipelajari. Karena kami para dokter internsip sedang ikut ACLS, yang datang ke IGD jadi banyak yang mengalami serangan koroner akut dan teman-temannya, di ruang rawat inap pun pasiennya mengeluh yang berhubungan dengan jantung, entah nyeri dada khas angina pectoris, bradikardia, takikardia, bahkan ROSC berulang juga ada. MasyaAllah..

Kata dr. Freedy, pembimbing kami yang super baik, seseorang itu tidak akan diuji di luar kemampuannya. Benar sih, tapi kalau pasiennya pada banyak gini jadi repot juga kita pak bos, hehe.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ..." (Q.S. Al-Baqarah: 286)

Idul Qurban di Bontang

Masih di Bontang, Kalimantan Timur. Masih dalam rangka kehidupan internsip di tanah rantau..

Pagi itu, 12 September 2016, solat ied di Masjid Baiturrahman PKT, Bontang. Suasananya lebih ramai dari solat idul fitri, mungkin karena banyak warga Bontang yang tidak mudik, sama seperti kami ini. Pak ustadz khotib dalam khutbahnya mengisahkan tentang sejarah qurban, sejh ibadah dalam runtutan haji. Tak tanggung, pak ustadz didatangkan khusus dari Jakarta. Satu hal yang saya sukai ya itu, panitia ibadah di sini totalitas banget.



Berbeda dengan di tanah kelahiran saya (Lahat, Sumatera Selatan), di Bontang ini agenda idul adha/ idul qurban memang benar-benar yang utama adalah prosesi qurbannya itu sendiri. Jika di Sumatera Selatan setelah solat ied warga masih silaturahim ke tetangga sekitar rumah (istilahnya pantauan) atau masih kumpul-kumpul dulu baru ke masjid lagi untuk potong hewan qurban, di Bontang warga langsung siap menyembelih qurban tidak lama setelah solat ied selesai. Tapi berbeda dengan kami anak rantau, agenda kami adalah siap dokumentasi, tak lupa poto dengan latar belakang hewan qurban, dan siap terima undangan dari mereka yang open house, hmhm.



Pemotongan hewan qurban di Masjid Baiturrahman PKT Bontang terbilang jauh lebih modern dari berbagai tempat di Indonesia. Di saat tahun lalu orang nomor satu di DKI Jakarta sibuk melarang potong hewan qurban di sekitaran masjid, mesti di tempat pemotongan hewan karena alasan hieginitas, di sini sudah 
lama terbiasa potong hewan qurban di satu tempat khusus di samping pelataran masjid.

Proses pemotongan hewan pun sangat elegan. Awalnya sapi dimasukkan ke dalam benda serupa kandang kecil (yang berwarna hijau itu), beberapa bagian tubuh diikat (kaki depan, kaki belakang, perut, dada, dan moncong). Kandang itu bisa dipisah menjadi dua sehingga sapi hanya terikat pada salah satu sisi kandang. Selanjutnya, sapi digulingkan. Karena sudah terikat rapi, sapi tidak berontak sama sekali, bahkan tampak terbaring tenang. Leher sapi diletakkan tepat di atas saluran pembuangan. Lalu penyembelih sapi membaca doa yang disiapkan panitia, Bismillahi Allahuakbar, tidak sampai 30 detik sudah selesai disembelih.

Selama beberapa menit setelah disembelih, sapi dibiarkan terbaring. Darah dan kotoran dari perut keluar melalui esofagus dan arteri/vena besar di leher. Setiap ada yang muncrat keluar dari saluran pembuangan, darah/kotoran tersebut 
langsung disemprot air bersih. Jadi, proses penyembelihan bersih, tempatnya bersih, daging pun bersih karena darah/kotoran sudah banyak yang keluar selama penyembelihan. Luar biasa memang proses penyembelihan hewan secara Islami ini.

Setelah diyakini sapi sudah mati (kabarnya ditandai dengan tidak ada lagi gerakan ekornya), sapi diangkut menggunakan forklift ke bagian pemotongan daging. Ini menambah kesan modern proses penyembelihan hewan qurban di Masjid Baiturrahman PKT Bontang dan ini kali pertama saya melihat proses pemotongan seperti ini. Teman-teman yang asalnya dari Medan, Purawakarta, dan Bekasi pun bilang mereka juga baru pertama melihat yang seperti ini karena di daerah asalnya masih menggunakan cara tradisional, sama seperti di Lahat dan Palembang, Sumatera Selatan.



Setelah dokumentasi, agenda kami selanjutnya adalah memenuhi hak saudara kami sesama muslim, yaitu memenuhi undangan, hmhm. Poto di atas diambil di depan rumah dr.Hidayat,SpB. Kami diundang dalam rangka idul adha. Menu utamanya adalah kambing guling, slurppp yammi, enak banget, alhamdulillah..




Dari semua agenda hari itu, sebenarnya satu esensinya, yaitu berqurban. Bukan hanya sekedar prosesi sembelih sapi atau kambing, tapi makna di balik semua kegiatan tersebut. Berqurban adalah refleksi tanda kesyukuran kita terhadap nikmat yang telah banyak diberikan kepada kita. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk senantiasa berlapang-lapang dalam berqurban (sekali dalam setahun lho) karena semakin kita bersyukur akan semakin bertambah nikmat yang kita dapatkan. Ayok semangat berqurban lagi tahun depan!

Jumat, 26 Agustus 2016

Dengue

Bontang darurat infeksi Dengue!

Begitu menggebu rasanya ingin menyerukan frase di atas, tapi apa daya, status Kejadian Luar Biasa (KLB) lama terdeklarasi, padahal 'korban tewas' akibat keganasan virus ini sudah mencapai belasan jiwa. Entah dalih apa lagi yang digunakan untuk mengelak dari kenyataan bahwa memang Bontang sedang darurat Dengue. Haruskah ada korban baru lagi? Jelas, kami, tenaga kesehatan, dan saya rasa semua orang tidak ada yang menginginkan hal demikian terjadi.



Agustus 2016. Di Kota Bontang, bulan kemerdekaan tahun ini diwarnai dengan meningkatnya angka kejadian, angka kesakitan, dan angka kematian akibat demam berdarah dengue (DBD). Entah mengapa, penyakit ini tidak lagi mengenal musim, setiap hari sepanjang tahun, selalu ada pasien datang dengan demam tinggi mendadak dan trombosit rendah (trombositopenia). Sebagai rumah sakit rujukan di Bontang, dengan suka hati RSUD Taman Husada Bontang harus siap merawat semua pasien ini yang secara otomatis, kami (dokter internsip) juga terlibat di dalamnya.

Cerita tentang DBD, penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dengue (genus Flavivirus, famili Flaviviridae). Terdapat empat serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan DBD. Semua serotipe ini ada di Indonesia dengan serotipe DEN-3 yang terbanyak.

Penularan infeksi ini terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes. Peningkatan penularan dan kejadian DBD diketahui berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina, yaitu penampungan berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, ban bekas, dan tempat lain yang dapat menampung air termasuk septic tank). Secara umum, penularan DBD ini bergantung pada 3 faktor utama: (1) vektor: perkembangbiakan nyamuk, gigitan nyamuk, kepadatan nyamuk, dan transportasi nyamuk di lingkungan; (2) pejamu: adanya penderita DBD di suatu lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap vektor, usia dan jenis kelamin; (3) lingkungan: sanitasi (paling penting), curah hujan, suhu, dan kepadatan penduduk.

Warga Bontang sempat panik setelah ada anak dari salah satu kelurahan di Kota Bontang yang meninggal akibat syok dengeu (DBD derajat IV). Anak demam sehari langsung dibawa berobat ke IGD untuk dilakukan cek darah. Saya maklum, warga khawatir terjadi hal yang sama pada anaknya. Namun, kita tetap harus mengetahui gejala infeksi dengue terlebih dahulu juga agar tidak keliru mengira-ngira penyakit anak apalagi sampai bersikap berlebihan.

Infeksi dengue menyebabkan dua penyakit yang gejalanya serupa, yaitu demam dengue/ dengue fever (DD/DF) dan demam berdarah dengue/ dengeu haemorraghic fever (DBD/DHF). Gejala utamanya sama, yaitu demam akut selama 2-7 hari yang bersifat bifasik, artinya ada fase tidak demam di antara demam. Sering kali orang tua merasa sudah tenang pada saat anak tidak demam dan tidak dibawa ke faskes untuk diperiksa, padahal itu adalah fase kritis yang jika tidak tepat penanganannya bisa berakibat fatal (seperti syok yang dapat menyebabkan kematian). Gejala lain yang menyertai demam dapat berupa nyeri kepala, nyeri di belakang mata, pegal-pegal, ruam kulit, manifestasi perdarahan (ruam kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah bercampur darah, atau buang air besar warna hitam pekat). Selain itu, infeksi dengue bisa dicurigai dari hasil pemeriksaan darah yang dapat berupa leukopenia, trombositopenia, peningkatan hematokrit, dan uji serologi positif.

Apakah DF dan DHF berbeda?
Secara umum gejala sama. Untuk menegakkan diagnosis DHF mesti ada bukti kebocoran plasma, seperti peningkatan hematokrit >20% untuk kelompok umur-usia-jenis kelamin yang sama, dan ada tanda berupa efusi pleura, asites, dan hipoproteinemia. Yah, ini nanti dokter lah yang menentukan.

Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Saya sangat setuju dengan pepatah ini. Infeksi dengue ini dapat dicegah. Masih ingat 3 faktor penting yang berperan dalam penularan infeksi dengue? Yap, itu kuncinya. Kontrol 3 faktor itu!

4 M PLUS
Mengubur-Menguras-Menutup-Memantau
plus
Predator alami (ikan)-Hindari Gigitan Nyamuk-Abatisasi-Berantas Nyamuk

Sayangnya, kebanyakan warga hanya paham mencegah penularan dengue dengan fogging, padahal fogging hanya berlaku untuk nyamuk dewasa. Jentik dan telur masih siap tumbuh menjadi infeksius. Kemudian pejamu atau penderita, sering kali kita lupa bahwa penderita adalah sumber virus, jadi bukan hanya orang sehat yang harus menghindari gigitan nyamuk, penderita pun harus tetap menghindari gigitan nyamuk. Selain itu, diperlukan kerja sama yang sangat baik antara warga-tenaga kesehatan-pemerintah untuk menghadapi perang dengue ini. Promosi kesehatan saja tidak akan cukup, butuh tindakan nyata untuk menang dalam perang ini sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan akibat virus satu ini. Cukup Agustus 2016 ini saja Bontang diserang, selanjutnya Bontang dan kota lain di seluruh dunia harus menang melawan si dengue nakal ini.


Suasana lorong Ruang Cempaka RSUD Taman Husada Bontang (Agustus 2016). Saking meluapnya pasien DBD, sampai harus disediakan bed tambahan di lorong-lorong seperti ini.

Minggu, 14 Agustus 2016

Ramadhan di Bontang: Sholat Ied (latepost)


Ini Idul Fitri pertama (mudah-mudahan satu-satunya) di luar kampung halaman, jauh dari tanah kelahiran, jauh dari keluarga sedarah. Namun, semua rencana dari Allah itu indah, alhamdulillah, saya bersama mereka, saudara-saudara baru, senasib seperantauan.




Jadi ceritanya, pagi sekitar pukul 06.00 WITA, kami sudah siap-siap berangkat ke Masjid Baiturrahman PKT untuk sholat Ied. Alhamdulillah ada mobil yang dipinjamkan oleh spesialis yang baik hati (dr.Novi A.,SpPD), jadi kami tidak perlu buru-buru berangkat (terima kasih banyak, Dokt..). Eh, ternyata masih tetap perlu jalan lumayan dari parkiran karena full kendaraan juga, masyaAllah, ramai sekali.

Sholatlah kami di sana. Hari itu khotib dari Surakarta, menyampaikan banyak ajakan kebaikan. Semua rangkaian ibadah selesai sekitar pukul 08.00 WITA. Setelah itu, kami belum ada agenda apa pun. Akhirnya, kami buat acara dadakan: poto-poto, hehehe.

Di saat orang-orang bersegera pulang, ketupat opor ayam lengkap gudegnya sudah menanti di rumah, kunjungan silaturahim ke keluarga, dan sungkeman, kami sibuk poto (karena semua yang disebut kami tidak punyaaaa, hikshiks). Ya, begini ternyata lebaran jauh dari rumah. Walaupun demikian, kami tetap bahagia, pasalnya banyak undangan sanjo-sanjo yang artinya, lebaran kami tetap dengan banyak makanan, hehehe.

Sabtu, 13 Agustus 2016

Tentang Full Day School

http://www.beritasatu.com/pendidikan/378510-mendikbud-gagas-pendidikan-dasar-full-day-school.html

Akhir-akhir ini media heboh membicarakan gagasan menteri pendidikan baru tentang full day school.


Itu baru satu dari sekian ribu berita yang ada tentang gagasan yang dinilai 'baru' itu. Konsep yang belum jelas apalagi matang itu menuai banyak pro dan kontra. Memang jika kita mengartikan per kata, seharian di sekolah itu suatu hal yang 'wow' banget. Memang, saya setuju, sekolah seharian lebih dari 8 jam itu memang luar biasa #pengalaman.





Nah, karena gagasan ini pun saya jadi mengenang masa-masa belajar di bangku SMA dulu. Kalau dipikir-pikir, ternyata SMA saya dulu itu sudah menerapkan full day school, 13 jam hampir. Itu dulu, tahun 2006-2009, sekarang sepertinya sudah tidak lagi diterapkan mengingat banyak hal yang kurang mendukung.

Saya alumni SMA Negeri 4 Lahat. Sebuah sekolah rintisan berstandar internasional yang terletak di pelosok Sumatera, tepatnya di Jalan Raya Tanjung Payang, Desa Tanjung Payang, Kecamatan Lahat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Di Kabupaten Lahat, ini adalah SMA yang diunggulkan, segudang prestasi tingkat lokal, regional, dan nasional sudah-sedang-dan akan selalu diukir, bahkan sudah go international.
http://sman4lahat.sch.id/


Saat belajar di sini dulu, jadwal kegiatan kami cukup padat. Jika dibandingkan sekolah lainnya, maka jadwal kami amat sangat padat. Umumnya, jadwal kami dulu begini:


06.45-07.00
kegiatan imtaq pagi: mengaji, zikir, tausiyah

07.00-09.30
kegiatan belajar-mengajar

09.30-10.00
istirahat I (biasanya teman-teman sholat Dhuha, ada juga yang jajan, hehe)

10.00-12.30
kegiatan belajar mengajar

12.30-14.00
istirahat II (sholat zhuhur berjama'ah, makan siang, istirahat beneran -> bisa tidur siang sebentar di asrama/aula/bawah pohon/di mana pun yg memungkinkan, hahaha)

14.00-15.30
bimbingan belajar sore

15.30
sholat ashar berjama'ah, kemudian pulang (ke rumah atau asrama)

18.00-19.30
kegiatan imtaq sore
sholat maghrib dan isya berjama'ah, kajian Alquran, hadist, fiqih, qiroati, praktik seputar kegiatan ibadah di masyarakat, nonton bareng wawasan islamiyah (biasanya film Harun Yahya, ceramah Dr. Zakir Naik, film perjuangan Islam)

19.30-21.30
bimbingan belajar malam



Yah, begitulah kira-kira garis besarnya. Jadwal seperti itu rutin kami jalani dari Senin-Kamis. Jumat, spesial olahraga di pagi hari, imtaq (keputrian dan sholatvjum'at berjama'ah) di siang hari, dan kegiatan ekstrakurikuler di sore harinya, tidak ada bimbingan belajar sore ataupun malam, kecuali anak-anak yang dipersiapkan ikut lomba tingkat kabupaten/provinsi/nasional. Sabtu, sekolah hanya sampai pukul 13.00 karena memberi kesempatan bagi siswa asrama yang hendak pulang ke rumah menemui orang tuanya (fyi, siswa di sini tidak hanya berasal dari dalam Kecamatan Lahat, ada juga dari kecamatan lain bahkan kota lain di sekitar Lahat yang lumayan jaraknya dari kota Lahat sendiri).

Selama kami menjalani jadwal itu, capek ya pasti, tapi kami happy juga. Kami tidak perlu sibuk cari les di luar sekolah untuk mendukung akademik, ilmu terkait agama pun kami dapatkan dari sekolah, belajar pun lebih semangat karena bersama teman-teman yang semangat juga, dan yang pasti kami dapatkan pengawasan dan bimbingan guru untuk sedikit 'dipaksa' belajar yang belum tentu kami dapatkan di rumah. Senangnya lagi, kami dibebastugaskan dari yang namanya pekerjaan rumah alias PR.

Pola seperti ini akan berjalan baik jika sarana dan prasarana mendukung, ada tenaga pengajar yang kompeten, serta tekad siswa yang didukung penuh oleh orang tua untuk lebih baik lagi mencapai cita-cita. Saya bukan setuju diterapkan full day school, tapi jika memang manfaat yang diperoleh lebih banyak tidak ada salahnya diterapkan, tentunya dengan mempersiapkan semuanya dengan matang terlebih dahulu, semuanya ya, bukan setengah-setengah. Jangan sampai ada yang menjadikan suatu masa/periode pendidikan sebagai fase 'coba-coba' lagi.

Terima kasih terbesarku untuk semua guru Indonesia, terutama guru-guruku di TK-kuliah, sekolah-pengajian-les, semuanya. Kalian memang pelita dalam kegelapan, pahlawanku!

Rabu, 13 Juli 2016

Refreshing ala Doksip Tamada (5)


Perjalanan sekitar 45 menit jadi seolah terlalu murah untuk membayar keindahan pantai ini. Ya, pantai ini bisa ditempuh jalan darat selama 45 menit dari Bontang, Kalimantan Timur. Terletak di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), arah Sangata, ternyata ada pantai elok nan romantis bernama Pantai Teluk Lombok.




Pantai Teluk Lombok salah satu tujuan wisata dari Kabupaten Kutim. Tidak heran jika waktu-waktu liburan akan ramai oleh pengunjung dari berbagai asal. Pantainya luas, pandangan jauh sejauh mata memandang, pasirnya lembut, ombaknya tenang, anginnya sepoi-sepoi, pas banget buat nyantai. Fasilitas yg tersedia juga lumayan, ada musola, kamar mandi, toilet, kedai, pondok-pondok, permainan banana boat, dan hampir di tiap kedai ada hiburan musik kebanggaan masyarakat Indonesia.

Alhamdulillah, kami (saya, Febby, Donald) berkesempatan ikut dr.Johan,SpB menjelajah satu titik indah Kalimantan Timur ini. Terima kasih banyak, Dok..



i love blue





Senin, 11 Juli 2016

Ramadhan di Bontang: Program Masjid

Kesan saya, ibadah Ramadhan di Bontang, bisa kondusif, banget.
Kalau mau cari tempat ibadah, mudah, banyak yang menyediakan fasilitas. Salah satunya adalah masjid di kawasan komplek perumahan PKT, Masjid Raya Baiturrahman dan Masjid Al-Furqon. Kedua masjid ini dinaungi oleh PKT, jadi program Ramadhannya bisa dikatakan 'sama'.



Ada 16 program Ramadhan di kedua masjid ini:
1. Sholat tarawih
2. Tarawih anak
3. Buka puasa
4. Seminar-seminar
5. Ceramah
6. Kajian
7. Talk show
8. Tadarus Al Qur'an
9. Kelas Tahsin
10. Waqaf Qur'an
11. Safari Ramadhan
12. Bazar Ramadhan
13. Penerimaan dan penyaluran zakat, infaq, shadaqah (ZIS)
14. Pembangunan rumah tahfidz dan mess imam
15. I'tikaf
16. Sholat Idul Fitri


Waw, semuanya luar biasa!
Dan yang membuat semakin takjub itu, antusias warga dan semangat ibadah warga di sini, masyaAllah....



i'll try to tell you one by one


Ramadhan di Bontang: Majelis Ilmu Nikah

"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula" (H.R. Bukhari-Muslim)

Ramadhan kali ini jadi majelis ilmu banget. Alhamdulillah, panitia Ramadhan PKT punya banyak agenda. Di bawah program BPUI, diselenggarakan dua seminar terkait pernikahan. Pas banget momennya. MasyaAllah.


1. Seminar Keluarga: Nikah Berkah Hingga Senja

Banyak hal yang bisa didapat dari seminar keluarga ini. Sangat membuka wawasan tentang dunia rumah tangga yang katanya begitu kompleks, tidak terbayangkan oleh yang belum menikah. Ribet katanya, karena bakal tinggal dan hidup bersama 'orang lain' yang tetiba masuk ke kehidupan. Rempong katanya, karena banyak hal yang diurus. Ramai katanya, karena bakal ketemu ketidakcocokan antara suami-istri yang sebelum menikah belum diketahui. Tapi, semua itu bisa diatasi dengan mudah bagi mereka yang tahu ilmunya.

Salah satu kuncinya adalah: PINTU DARURAT KELUARGA.
Setiap keluarga mesti merancang ini!



2. Seminar Pra-Nikah: Jaga Hati, Gapai Cinta Ilahi

Ini nih. Para cantin mesti tahu bahwa tujuan pernihakan adalah ibadah. Luruskan niat, untuk ibadah ya. Dengan begitu kita mengharap barokah. Nah, intinya, di suatu pernikahan, doakanlah:

baarakallahulakuma wabaaraka'alaikuma wajama'abainakuma fii khairin

Jumat, 24 Juni 2016

Ramadhan di Bontang: Bazaar Bazaar Bazaar


Lagi, bahagianya Ramadhan. Ini waktunya mendulang rezeki. Kebutuhan makanan meningkat, terutama ta'jil alias makanan ringan pembuka berbuka puasa. Ini waktunya bagi mereka yang pandai melihat peluang. Jualaaaaan, hehehe



Jadi di komplek PKT, ada bazaar yang dikelola oleh ibu majelis ta'lim PKT. Disediakan tempat di lapangan parkir Masjid Raya Baiturrahman, dibangun tenda-tenda putih, berisi meja-meja panjang dan gerobak jualan. Menu beragam dari makanan ringan sampai yang berat-berat.



Teratur. Itu yang saya suka. Dibagi tiga jalur, masing-masing pembagian sesuai jenis makanannya. Blok A itu untuk ta'jil aneka makanan ringan. Blok B dan C makanan berat, nasi-sayurmayur-laukpauk. Jadi terkesan rapi dan nyaman untuk ngabuburit belanja-belanja atau sekedar cuci mata saja.



Satu lagi yang bisa dicontoh, di bazaar ini disarankan konsumen membawa kresek sendiri dari rumah masing-masing atau pakai tas yang disediakan oleh panitia. Go green, guys!

Ramadhan di Bontang: Buka Puasa Ajang Silaturahim

"Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan" (H.R. Bukhari-Muslim)

Poto bareng bu direktur RSUD Taman Husada Bontang



Senangnya Ramadhan ini ya gini, banyak acara kumpul-kumpul. Kumpul bareng keluarga, kumpul bareng teman kerja, kumpul bareng sahabat, kumpul bareng lah pokoknya. Senang, karena bertemu, yang lama tak jumpa bisa lepas kangen, yang sering berjumpa bisa semakin akrab. Senang, karena bisa bertukar cerita perjalanan dan pengalaman selama tak jumpa. Senang, karena makan-makaaaaan, hehehe.
 


Poto bareng kepala Puskesmas dan kepala TU Puskesmas BU I


Yang pasti, buka bareng alias ifthar jama'i itu silaturahim. Keuntungan silaturahim pun bisa diraih ya pastinya. insyaAllah, luruskan niat, kan amalan itu sesuai niatannya, hmhmhm.



Kumpulan poto puasa bersama di Bontang: Puskesmas BU I (kiri atas-kiri bawah), RSUD Taman Husada (kanan atas-tengah), IGD RSUD Taman Husada (kanan bawah)

Jumat, 17 Juni 2016

Ramadhan di Bontang: Tarawih Pertama


Diriwayatkan dari 'Ibn Umar ra, "Banyak orang berusaha melihat hilal. Kemudian aku mengabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku sungguh-sungguh melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa” (H.R. Abu Dawud)




Ceritanya ini mengingat perjalanan di bulan Ramadhan di Tanah Borneo, kota para pendatang, Bontang, Kalimantan Timur.

Bulan ramadhan alias bulan puasa merupakan bulan yang dinanti-nantikan seluruh umat muslim dunia. Pasalnya, banyak ibadah yang pahalanya 'diobral' selama bulan ini sehingga pas banget untuk tabungan kehidupan akhirat kelak. Salah satu ibadah khas ramadhan adalah sholat tarawih.

Hari itu tanggal 5 Juni 2016. Kabar-kabarnya besok sudah mulai puasa. Organisasi pergerakan yang menggunakan perhitungan hisab telah memutuskan Ramadhan dimulai pada 6 Juni 2016, tetapi pemerintah yang dianggap sebagai ulil amri belum memutuskan hingga hilal nampak dan baru akan diumumkan selepas magrib pada sidang itsbat yang notabene lokasi sidang berada di Jakarta.

Karena kami sangat antusias menyambut ramadhan, kami pergi ke masjid dengan niatan sholat Isya berjamaah dan lanjut tarawih, tidak peduli apa hasil sidang itsbat. Tapi ternyata, panitia ramadhan mengikuti ulil amri. Di sini kami baru menyadari.

Jakarta, tempat sidang itsbat itu berada di Indonesia Barat yang termasuk dalam wilayah Waktu Indonesia Barat (WIB). Hasil sidang akan diumumkan setelah magrib wilayah terbarat Indonesia, yang artinya itu sekitar pukul 18.50 WIB atau pukul 19.50 di wilayah Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan pukul 20.50 di wilayah Waktu Indonesia Timur (WIT). MasyaAllah...

Jamaah masjid dekat rumah sudah mulai gelisah setelah sholat Isya, pertanyaannya sama, 'Jadi nggak ya tarawihnya?'. Iya, Kita di Bontang sudah selesai Isya, sidang istbat belum kelar ternyata. Jadinya kami sebagai makmum hanya bisa menunggu, bahkan sebagian jamaah sudah pulang. Pukul 20.15 WITA baru lah kami para jamaah mendapat kepastian bahwa esok telah masuk bulan Ramadhan.

Ternyata begitu setiap tahun di WITA. Hal ini tidak pernah kami rasakan selama tinggal di WIB. Kasian para jamaah menunggu tidak pasti, bahkan ada yang pulang setelah sholat Isya kemudian datang lagi karena mau sholat tarawih berjamaah. Apalagi yang tinggal di WIT ya, sudah malam itu pasti baru dengar pengumuman.

Mungkin ada yang bisa bantu menjelaskan,
Mengapa sidang itsbat mesti nunggu sampai semua titik wilayah Indonesia melihat hilal? Mengapa tidak dilihat dari wilayah tertimur Indonesia saja biar pengumuman bisa lebih cepat?
Bukankah satu orang melihat hilal, Rasul pun berpuasa keesokannya?

wallahualam, pokoknya semangat ibadah ramadhan!

Senin, 23 Mei 2016

Selalu Ada

setapak demi setapak
mengukir jejak demi jejak
tak peduli sejauh apa melangkah
di sini, di sana
dulu, sekarang
mereka ada
selalu ada

Kamis, 05 Mei 2016

Dilema Pasien KLL

Gawat Darurat. Identik dengan kasus-kasus yang gawat dan atau darurat, ya walaupun kadang ada juga batuk-pilek-panas-mencret akut datang juga ke IGD, tentang salah satu kasus yang sering kita jumpai di sini, yaitu kasus kecelakaan lalu lintas.

Kalau di jalan melihat kecelakaan, pasti yang terbayang pertama adalah kondisi pengendara yang luka, cedera, atau meninggal. Tempat pertama yang terpikir bisa dipastikan juga adalah rumah sakit terdekat. Tanpa pikir-pikir panjang, yang masih bisa diselamatkan langsung dibawa ke rumah sakit, lebih spesifiknya unit gawat darurat. Tapi tahukah kalau ternyata ada dilema di sana?

Mereka para pasien korban atau pelaku kecelakaan lalu lintas tidak serta merta semua biaya perawatan langsung ditanggung oleh jasa jaminan kesehatan yang mereka miliki. Padahal kebutuhan akan perawatan itu mendesak, bersifat darurat, dan sering kali perlu segera.


Kembali lagi, ini masalah administrasi. 'Bagi pasien KECELAKAAN pengguna asuransi untuk segera mengurus Surat Keterangan Kepolisian, supaya asuransi dapat segera digunakan'. Begitu bunyi salah satu pengumuman yang tertempel di pintu IGD. Tentu bagi yang paham, akan mudah mengurus ini dan itu surat-menyurat yang dimaksud, tetapi bagi sebagian dari mereka yang lain, itu butuh penjelasan berkali-kali hanya agar sekedar 'paham' saja terlebih dahulu. Untung-untung tidak mengamuk di IGD gegara biaya perawatan/pengobatan tidak bisa ditanggung jaminan kesehatan.



Alhamdulillah di IGD RSUD Taman Husada Bontang ada banner yang menjelaskan alur dan tata cara agar biaya perawatan pasien kecelakaan lalu lintas bisa dijamin oleh jasa raharja. Namun ada catatan, kecelakaan tunggal kendaraan bermotor pribadi di luar jaminan jasa raharja. Hehe, masih tetap bersyarat juga.

Sebenarnya sistem seperti ini bagus, mereka yang kecelakaan akan terdata di kepolisian dan jasa raharja. Tetapi jujur, ini ribet dan tidak praktis. Mereka sudah kecelakaan, sakit, diperberat lagi dengan urusan surat-menyurat jaminan, Subhanallah. Mungkin tidak masalah bagi mereka yang mampu dan ber-uang, tapi bagi mereka yang  kesulitan dana?

Jadi ceritanya, saya tertarik menulis ini karena ada seorang pasien remaja usia 16 tahun kecelakaan tunggal saat mengendarai motor sendiri di suatu jalan raya. Bagian perut kiri atas terbentur stang hingga menimbulkan jejas berbentuk bulat di bawah iga kiri. Klinis awal baik, hanya kesakitan dengan VAS 2-3. Setelah di-USG, ternyata ada cairan bebas di Morrison pouch yang diduga berasal dari lien yang ruptur. Cek Hb serial pun dilakukan, hasilnya Hb semakin menurun dari jam ke jam. Sayangnya, pihak keluarga tidak mengerti, mereka minta pasien dibawa pulang saja, walaupun sudah dijelaskan a-z tentang kondisi pasien itu. Mungkin lebih tepat bukan tidak mengerti, tapi ngeri.

Keluarga 'ngeri' dengan bayangan berapa besar biaya perawatan rumah sakit, berapa biaya operasi, biaya hidup keluarga lain yang akan menunggu di rumah sakit, dan lain-lainnya. Pasien punya jaminan kesehatan, tapi karena masih di bawah 17 tahun dan tidak punya SIM, kecelakaan motor, tunggal pula, melapor ke polisi untuk mendapat surat pengurusan jaminan kesehatan sama saja menjebloskan pasien ke pelanggaran lalu lintas, ya walaupun memang begitu. Karena ini kecelakaan tunggal, itu pun jadi di luar jaminan. Jadi? jaminan kesehatan yang digembar-gemborkan menjamin semua warga negara Indonesia itu tidak dapat digunakan.

Pasien harus segera dioperasi untuk menghentikan ongoing internal bleeding. Demi keselamatan pasien, kami pun berusaha agar keluarga mau pasien dirawat. Alhamdulillah, operasi lancar. Namun, masalah belum usai, pasien dirawat di PICU, biaya lagi. Subhanallah. Entah berapa total biaya yang akhirnya dikeluarkan keluarga untuk perawat pasien remaja itu. Semoga Allah memberikan kelapangan bagi pasien-pasien sejenis beserta keluarga mereka.

Intinya, ini sistem yang sudah dibakukan menjadi peraturan di Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, mulai saat ini mesti jauh harus lebih hati-hati, tidak boleh kecelakaan, dan harus selalu sehat ya. Masyarakat Indonesia tidak boleh sakit. Bukankah mencegah tetap lebih baik daripada mengobati?

Selasa, 05 April 2016

Stase Kedua: IGD


Tepat sesuai surat tugas, 17 Maret 2016, pindah stase. Tempat tugas kedua internsip, di Rumah Sakit Taman Husada Kota Bontang, tepatnya di Instalasi Gawat Darurat.

Deg-degan nian beberapa hari menjelang selesai stase puskesmas dan beberapa hari awal tugas di sini. Dalam benak, terbayang betapa ramainya pasien IGD, betapa beragam kasus kegawatdaruratan yang akan ditemui, bagaimana rasanya 'jaga malam' lagi setelah setahun lebih tidak jaga selepaas koas dulu, bagaimana kerja bersama orang-orang baru, yaaaaah betapa-betapa dan bagaimana-bagaimana yang lain. Tapi, bagaimana pun juga, ini hal yang pasti dan mesti dijalani, so jalani saja, enjoy the journey, dan inilah pemandangan sebagian ruangan yang akan dilihat selalu selama empat bulan ke depan.


Semoga diri bisa menjadi manfaat bagi orang lain,
semoga  mampu dan sanggup mengamalkan ilmu sesuai prosedur,
semoga menjadi wahana meningkatkan kualitas dan kapasitas diri,
semoga barokah Allah selalu bersama,
dan semoga masyarakat Bontang semakin sehat demi mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih sehat.

Jumat, 25 Maret 2016

Tentang Kelapa

Pagi lalu, ada posting poto ini di timeline. Jika dihayati, memang benar begitulah kelapa. Saya yakin masih ada banyak orang di luar sana yang memilih untuk menjadi seperti kelapa. Ini juga yang membuat saya menyukai mereka. Mereka unik, perlu dilestarikan, apalagi di tengah kehidupan media kini yang penuh pencitraan dengan modus mengharap 'posisi' di mata manusia. Padahal sudah tertulis di pedoman kehidupan,
'Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena pamer kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir'
Q.S Al-Baqarah:246



Jumat, 18 Maret 2016

Great Team: Puskesmas BU 1

Banyak cerita tentang Puskesmas Bontang Utara 1. Mereka luar biasa berdedikasi untuk menyehatkan Indonesia fokus di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara 1. Sebenarnya masih ada beberapa personil lagi yang tidak ada di poto. Mereka semua menempati satu ruang di hati, ada cerita sendiri-sendiri, karena mereka semua istimewa.


Terima kasih Puskesmas Bontang Utara 1, sukses selalu dan terus semangat menyehatkan Indonesia, yeah!

Kamis, 10 Maret 2016

Malming ke Pasar Malam

Ceritanya ini awal bulan Maret 2016 lalu.
Sering kali mendengar istilah 'orang Bontang kaya, tapi kurang hiburan'. Jadi kalau ada satu hiburan, hmhmhm, langsung ramai diserbu warga. Malam itu kami membuktikannya, kami ke tempat keramaian yang kabarnya jarang ada di kota taman ini.


Benar saja, ruame sangat, masyaAllah...
Ini yang benar-benar disebut 'pasar malam'. Walaupun sudah sering lihat sewaktu di Lahat dulu, tapi datang ke pasar malam hari itu terasa berbeda. Saya bersama dua saudari baru (yang lagi pada kesepian, butuh hiburan), hahahahaha.



Bahagia sekali rasanya malam minggu itu bersama Aiko dan Vita. Kami tertawa lepas, mencoba wahana permainan: bianglala dan kora-kora ala pasar malam Bontang, jajan berbagai jajanan warga Bontang, makan bakso, dan main lempar gelang. Bahagia, ceria, pokoknya serasa semua energi positif masuk ke jiwa, ehehe.


Ini hampir tepat empat bulan kebersamaan kami, masih ada delapan bulan ke depan. Setelah itu, saya belum berani membayangkan. Terlepas dari itu semua, bahagia sekali dipertemukan dengan mereka, alhamdulillah. Nikmat mana lagikah yang bisa didustakan?

Kamis, 18 Februari 2016

Puskesmas Bontang Utara I

Selama internsip di sini, ada dua wahana alias tempat praktik yang saya lalui, yaitu RSUD Taman Husada dan Puskesmas Bontang Utara I, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Di dua tempat ini, selama satu tahun, dibagi menjadi 3   stase': unit gawat darurat, rawat inap, dan puskesmas.

Istilahnya ini adalah stase pertama internsip di Bontang. Saya bertugas di Puskesmas terlebih dahulu, stase 'santai' katanya, padahal hmhmhm 'waw'.

Puskesmas Bontang Utara I merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer di Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang. Wilayah kerjanya cukup luas, meliputi empat kelurahan besar, yaitu Kelurahan Bontang Baru, Api-Api, Gunung Elai, dan Bontang Kuala. Spesial untuk kelurahan Bontang Kuala, disediakan puskesmas pembantu (pusban), dengan pertimbangan kelurahan ini adalah desa wisata unggulan Kota Bontang, jadi mesti punya fasilitas 'cukup lengkap', begitu kabarnya.


Senang sekali bisa berkesempatan merasakan menjadi bagian dari Puskesmas BU1. Selain saya dapat 'ilmu' terkait kepuskesmasan, baik itu pelayanan kesehatan per orangan maupun pelayanan kesehatan masyarakat, saya merasakan kerja di puskesmas terbaik kedua tingkat nasional untuk puskesmas tingkat kota. Luar biasa kan?

Jujur kalau dari pelaksanaan program, ini puskesmas terbaik yang pernah saya kunjungi. Semua program dilaksanakan dengan target yang tidak main-main, sempurna. Capaiannya juga cukup bagus, nyaris sempurna. Bukan satu dua program saja, rerata semua program lho.

Nah, di sini, kegiatan kami secara umum dibagi dua, UKP dan UKM. Berikut saya cerita ya apa saja kegiatan yang kami ikuti di sini.


UKP (Unit Kesehatan Perorangan)


Ada poli umum dan poli anak di sini. Dokter internsip bisa mengisi keduanya. Biasanya lebih banyak di poli umum sih, mengingat jumlah pasien di sini lebih banyak dewasa daripada anak-anak. Tidak hanya anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium sederhana, dan tindakan, dokter internsip di sini juga ditekankan untuk menerapkan ilmu komunikasi untuk edukasi pasien.



Unit Kesehatan Masyarakat (UKM)
Intinya kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang, bukan pasien yang datang berobat tapi kita yang mendatangi mereka. Ini termasuk jemput bola alias proaktif dalam rangka menyehatkan masyarakat. Kegiatan UKM misalnya:

P3K indoor: menjadi tim medis di acara kejuaraan pencak silat


Pelatihan dokter kecil di SD dalam wilayah kerja puskemas


Posyandu balita: rata-rata setiap hari ada posyandu balita, yeai. Di sini dokter internsip memberikan imunisasi serta konseling kesehatan bayi dan balita.


Posyandu lansia: tidak sebanyak posyandu balita, tapi pasiennya jauh lebih banyak yang berkonsultasi masalah kesehatan.


Prolanis (program pengendalian penyakit kronis): ini setiap sabtu. Dimulai dari senam, penyuluhan kesehatan oleh dokter internsip, konseling kesehatan plus pemeriksaan fisik dan juga lab sederhana.


P3K outdoor: ini ceritanya groupy dulu sebelum mulai bertugas jadi tim medis saat ada acara pergantian tahun di Lapangan Bessai Berinta Bontang.


Promkes (promosi kesehatan): siaran di radio bahas tentang isu-isu terkait kesehatan.


Program kesehatan remaja: penyuluhan isu terkait kesehatan remaja meliputi kesehatan reproduksi, rokok, narkoba, isu kesehatan; konseling kesehatan remaja; konsultasi masalah remaja.


Imunisasi: semua imunisasi dasar bisa kita berikan di puskesmas, baik untuk anak (BCG, HB, Pentavalen, polio, campak) maupun untuk wanita usia subur (imunisasi TT).

Kegiatan UKM lainnya masih ada PHN (kunjungan rumah pasien yang sulit datang ke puskesmas), surveilans (kunjungan pasien yang menderita penyakit khusus seperti DBD, campak), kesehatan lingkungan (pemeriksaan sampel makanan jajanan di wilayah kerja puskes), gizi, dan KIA/KB.

Spesial KIA/KB sempat ada baksos pap smear dan KB massal, uhuiy. Banyak pengalaman tindakan di poli KIA/KB ini. Dokter internsip diperbolehkan memberi pelayanan dan tindakan ANC, periksa payudara, IVA, pap smear, pemasangan AKDR dan implan. Tapi tidak saya cantumkan poto-poto di sini ya, it's private zone guys.

Jadwal pelayanan puskesmas Bontang Utara I panjang lho (memang begitu puskesmas yang ada di Bontang).

Dokter internsip spesial pelayanan pagi, sore conditional. Beberapa jam saja dalam sehari, ini pengalaman yang luar biasa. Santai iya, bahagia iya, jalan-jalan bisa, happy working lah di puskesmas ini, mana lagi kalau bukan di Puskesmas Bontang Utara 1.

Terima kasih ya untuk semua keluarga Puskesmas BU1 :)