Selasa, 10 November 2015

10 November

Ini tanggal bersejarah bagi negeri ini. Di tanggal ini 70 tahun yang lalu, dunia menjadi saksi bahwa bangsa ini tak mau dijajah. Hanya ada dua pilihan, merdeka atau mati. Semboyan ini dideklarasikan oleh seorang pahlawan nasional, Sutomo, atau yang lebih akrab dikenal dengan Bung Tomo.

Sejak dari bangku sekolahan, saya kenalnya Bung Tomo ini punya sejarah aksi heroik merobek bendera. Ternyata, aksi heroik Bung Tomo bukan hanya sekedar merobek bendera merah-putih-biru di atas Hotel Yamato menjadi bendera merah-putih. Bung Tomo ini orator hebat, entah berapa kali beliau orasi membakar semangat anak bangsa ini. Dari sekian pidatonya itu, ada sebuah pidato yang diabadikan di Museum Sepuluh November, Surabaya. Ini pidato yang paling melegenda.

Saya membaca teks ini setelah puluhan tahun kata-kata tersebut diucapkan. Waktu tidak bisa membatasi sebaran energi semangat Bung Tomo. Saat membaca ini, campur aduk rasanya, antara terharu, bangga, sedih, semangat, dan malu.

Terharu, karena kakek-nenek kita dulu sebegitu semangat mempertahankan dan merebut kemerdekaan ini. Bangga, karena kakek-nenek kita dulu berani sekali melawan penjajah dengan segala keterbatasan saat itu. Sedih, karena saya yakin ada ribuan kakek-nenek kita juga yang gugur di pertempuran, bahkan namanya pun ada yang tak diketahui. Semangat, jelas, ini seruan untuk semua pemuda Indonesia untuk selalu bangkit lebih baik dan terus berjuang meng-eksis-kan Indonesia. Malu, di usia sekian, setelah puluhan tahun berlalu, sudah berapa banyak yang telah-sedang-akan kita -baca: saya- lakukan untuk bangsa ini?

Di hari ini, mengingat kembali 10 November, saya ingin mengutip sebuah kalimat dari orasi Bung Tomo ini,
"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyau darah merah yang dapat membikin secarik kertas kain putih merah dan putih maka selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapa pun juga"

Inilah Indonesia, selamat hari pahlawan, selamat menjadi pahlawan baru bagi Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar