Minggu, 18 September 2016

ACLS Bersejarah di Bontang


16-18 September 2016

Untuk kali pertama, Advanced Cardiac Life Support (ACLS) diselenggarakan di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Ini sejarah. Ketua tim instruktur pun menyatakan bahwa ini adalah ACLS terbaik yang pernah beliau hadiri sebagai instruktur, pasalnya di salah satu titik Kalimantan ini panitia sanggup dengan sangat baik mengadakan pelatihan dengan jumlah peserta terbanyak, yaitu mencapai 70 peserta, yang berasal dari berbagai daerah di Kalimantan dan Sulawesi.

Walaupun ada beberapa keluhan saat pelaksanaan, tapi so far itu tidak begitu mengganggu pelaksaan pelatihan. Panitianya keren banget lah.

ACLS ini dilaksanakan di Hotel Oak Tree. Kabarnya ini hotel sering digunakan untuk acara kedinasan Kota Bontang. Jadi sudah selayaknya mereka terbiasa dan sudah berpengalaman menjadi fasilitator pelaksanaan berbagai macam kegiatan. Ini poin plusnya.

Dari segi materi dan latihannya, memang luar biasa mantap. Instrukturnya? Jika bertemu di jalan dan belum kenal, siapa pun mungkin tidak akan menyangka bahwa para instruktur ini adalah orang-orang hebat, ahli jantung. Jantung bro!

Yang menjadi momok adalah entah mengapa setiap kali ada yang ikut pelatihan, pasien yang akan datang adalah seperti apa yang sedang dipelajari. Karena kami para dokter internsip sedang ikut ACLS, yang datang ke IGD jadi banyak yang mengalami serangan koroner akut dan teman-temannya, di ruang rawat inap pun pasiennya mengeluh yang berhubungan dengan jantung, entah nyeri dada khas angina pectoris, bradikardia, takikardia, bahkan ROSC berulang juga ada. MasyaAllah..

Kata dr. Freedy, pembimbing kami yang super baik, seseorang itu tidak akan diuji di luar kemampuannya. Benar sih, tapi kalau pasiennya pada banyak gini jadi repot juga kita pak bos, hehe.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ..." (Q.S. Al-Baqarah: 286)

Idul Qurban di Bontang

Masih di Bontang, Kalimantan Timur. Masih dalam rangka kehidupan internsip di tanah rantau..

Pagi itu, 12 September 2016, solat ied di Masjid Baiturrahman PKT, Bontang. Suasananya lebih ramai dari solat idul fitri, mungkin karena banyak warga Bontang yang tidak mudik, sama seperti kami ini. Pak ustadz khotib dalam khutbahnya mengisahkan tentang sejarah qurban, sejh ibadah dalam runtutan haji. Tak tanggung, pak ustadz didatangkan khusus dari Jakarta. Satu hal yang saya sukai ya itu, panitia ibadah di sini totalitas banget.



Berbeda dengan di tanah kelahiran saya (Lahat, Sumatera Selatan), di Bontang ini agenda idul adha/ idul qurban memang benar-benar yang utama adalah prosesi qurbannya itu sendiri. Jika di Sumatera Selatan setelah solat ied warga masih silaturahim ke tetangga sekitar rumah (istilahnya pantauan) atau masih kumpul-kumpul dulu baru ke masjid lagi untuk potong hewan qurban, di Bontang warga langsung siap menyembelih qurban tidak lama setelah solat ied selesai. Tapi berbeda dengan kami anak rantau, agenda kami adalah siap dokumentasi, tak lupa poto dengan latar belakang hewan qurban, dan siap terima undangan dari mereka yang open house, hmhm.



Pemotongan hewan qurban di Masjid Baiturrahman PKT Bontang terbilang jauh lebih modern dari berbagai tempat di Indonesia. Di saat tahun lalu orang nomor satu di DKI Jakarta sibuk melarang potong hewan qurban di sekitaran masjid, mesti di tempat pemotongan hewan karena alasan hieginitas, di sini sudah 
lama terbiasa potong hewan qurban di satu tempat khusus di samping pelataran masjid.

Proses pemotongan hewan pun sangat elegan. Awalnya sapi dimasukkan ke dalam benda serupa kandang kecil (yang berwarna hijau itu), beberapa bagian tubuh diikat (kaki depan, kaki belakang, perut, dada, dan moncong). Kandang itu bisa dipisah menjadi dua sehingga sapi hanya terikat pada salah satu sisi kandang. Selanjutnya, sapi digulingkan. Karena sudah terikat rapi, sapi tidak berontak sama sekali, bahkan tampak terbaring tenang. Leher sapi diletakkan tepat di atas saluran pembuangan. Lalu penyembelih sapi membaca doa yang disiapkan panitia, Bismillahi Allahuakbar, tidak sampai 30 detik sudah selesai disembelih.

Selama beberapa menit setelah disembelih, sapi dibiarkan terbaring. Darah dan kotoran dari perut keluar melalui esofagus dan arteri/vena besar di leher. Setiap ada yang muncrat keluar dari saluran pembuangan, darah/kotoran tersebut 
langsung disemprot air bersih. Jadi, proses penyembelihan bersih, tempatnya bersih, daging pun bersih karena darah/kotoran sudah banyak yang keluar selama penyembelihan. Luar biasa memang proses penyembelihan hewan secara Islami ini.

Setelah diyakini sapi sudah mati (kabarnya ditandai dengan tidak ada lagi gerakan ekornya), sapi diangkut menggunakan forklift ke bagian pemotongan daging. Ini menambah kesan modern proses penyembelihan hewan qurban di Masjid Baiturrahman PKT Bontang dan ini kali pertama saya melihat proses pemotongan seperti ini. Teman-teman yang asalnya dari Medan, Purawakarta, dan Bekasi pun bilang mereka juga baru pertama melihat yang seperti ini karena di daerah asalnya masih menggunakan cara tradisional, sama seperti di Lahat dan Palembang, Sumatera Selatan.



Setelah dokumentasi, agenda kami selanjutnya adalah memenuhi hak saudara kami sesama muslim, yaitu memenuhi undangan, hmhm. Poto di atas diambil di depan rumah dr.Hidayat,SpB. Kami diundang dalam rangka idul adha. Menu utamanya adalah kambing guling, slurppp yammi, enak banget, alhamdulillah..




Dari semua agenda hari itu, sebenarnya satu esensinya, yaitu berqurban. Bukan hanya sekedar prosesi sembelih sapi atau kambing, tapi makna di balik semua kegiatan tersebut. Berqurban adalah refleksi tanda kesyukuran kita terhadap nikmat yang telah banyak diberikan kepada kita. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk senantiasa berlapang-lapang dalam berqurban (sekali dalam setahun lho) karena semakin kita bersyukur akan semakin bertambah nikmat yang kita dapatkan. Ayok semangat berqurban lagi tahun depan!