Kamis, 31 Desember 2015

Refreshing ala Doksip Tamada (2)



Awalnya, saya kira Bontang itu daerahnya full industri atau malah sebaliknya, penuh hutan belantara. Pasalnya kalau kita googling, yang terbaca adalah ini kota terkaya tetapi di pelosok Kalimantan yang terkenal akan hutan hujan tropisnya yang waw. Siapa sangka coba di tengah kota Bontang ada tempat wisata juga llho dan cuma sekitar 5 menit saja dari rumah Anoa. Ini dia Taman Wisata Mangrove, Bontang, Kalimantan Timur.



Taman Mangrove, memang identik dengan pohon-pohon bakau yang akar-akarnya yang mencuat ke permukaan seperti jari-jari yang siap menerkam. Eksotik, begitu kesannya. Di sana sudah cukup terawat. Untuk masuk, setiap pengunjung dikenai biaya Rp3.000,00 untuk biaya operasional. Masih ada penanaman bakau di beberapa poin.




Paling menarik di sini memang suasana sunsetnya yang cantik. Alhamdulillah kita kebagian sajian alam nan romantis ini. Saya suka.


Di beberapa titik, pengunjung selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan dan fasilitas yang ada. Secara ya, bakau ini fungsinya sangat baik untuk lingkungan. Selain menjaga pesisir pantai dari abrasi, bakau juga menjadi penetral berbagai polutan (bagus banget kan untuk daerah industri seperti Bontang ini). Ohya, bakau juga bisa jadi tempat tinggal biota laut. Selama di sana, beberapa kali saya lihat berbagai jenis ikanikan dan kepitingn berlalu lalang di bawah jembatan-jembatan jalan di antara pepohonan bakau.



Top untuk refreshing dan menenangkan diri di sini. Nice place for keeping healthy environment juga. Suka deh sama Bontang.

Posyandu di Sini....

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Pada mulanya, saya kira posyandu di seluruh Indonesia sama. Memang kurang lebih sama sih, tapi saya menemui yang luar biasa di sini. Luar biasa karena di daerah asal saya (Sumatera Selatan), saya belum pernah nampak posyandu semacam di sini. Dan karena dua posting terakhir tentang refreshing, kali ini saya akan cerita tentang sesuatu yang berbeda, biar ada variasinya ya. Masa' liburan melulu, hahaha.


Poto ini diambil sembunyi-sembunyi oleh mbak Sukma, koordinator promosi kesehatan puskesmas, di Posyandu Balita Lily. Ini saya ketemu anak yang berat badannya tidak naik 3 bulan berturut-turut. Menurut ibunya, si anak sangat susah makan, tetapi ketika diperhatikan, si anak mau-mau saja makan saat diberi bubur kacang hijau di posyandu, hmhmhm. Ceritanya saya sedang edukasi ini ibu, hehehe.

Sukanya, Puskesmas Bontang Utara 1 ini hampir tiap tanggal itu ada posyandu. Total ada 34 posyandu aktif tiap bulannya. Wajar sih, karena memang wilayah kerjanya mencakup 4 kelurahan (Bontang Baru, Gunung Elai, Api-Api, Bontang Kuala). Tiap posyandu ada 5-10 kader aktif nan mandiri. Sebelum petugas posyandu dari puskesmas datang, mereka sudah mulai  mencatat, menimbang, dan mengukur dengan sendirinya. Dokumentasi mereka juga rapi, patut dicontoh.



Kalau poto sebelumnya itu di posyandu balita, di atas ini adalah poto di posyandu lansia, diambil secara sembunyi-sembunyi pula, haha. Ini di Posyandu Lansia Mawaddah. Jadi, selain 34 posyandu aktif, Puskesmas Bontang Utara 1 juga memiliki posyandu lansia yang juga memiliki kader-kader aktif. Kegiatan di sini, ada pemeriksaan tekanan darah, periksa lab sederhana (gula darah, asam urat, kolesterol, hemoglobin), dan konseling. Jika ditemukan pasien dengan gangguan kesehatan, pasien tersebut diberi pengantar untuk berobat ke puskesmas, kita tidak bawa obat ke posyandu, sengaja, supaya mereka mau datang ke puskesmas. Pencatatan kader di sini juga rapi, tiap 6 bulan hasil kegiatan posyandu dilaporkan ke puskesmas.



Saya heran, mengapa ibu-ibu kader ini begitu rajin menjalankan tugasnya sebagai kader. Saya sempat tanya ke beberapa teman petugas puskesmas. Alhasil, ternyata ibu kader ini sukarela diri sendiri, benar-benar menjalankan tugas selaiknya prinsip posyandu, dari-untuk-oleh warga. Hebatnya juga, puskesmas mengalokasikan honor per bulan untuk mereka dan tiap tahun ada refreshing seperti jalan-jalan atau outbond di suatu tempat khusus untuk ibu-ibu kader yang dibiayai oleh puskesmas. Biar ibu-ibu kader semangat selalu, begitu katanya. Tahun 2015 ini acara refreshingnya outbond di tempat wisata Lembah Hijau Bontang Lestari, hampir 200 kader hadir di acara ini.



Sewaktu di Palembang, saya pernah ke suatu posyandu di tengah kota. Posyandu ini memiliki program khusus, pojok gizi. Saya takjub saat itu. Namun, setelah saya lihat di Bontang, semua posyandu Puskesmas Bontang Utara 1 punya pojok gizi, baik posyandu balita maupun posyandu lansia. Kalau di seberang sana kesulitan biaya, di sini nampak longgar saja. Ada dana bantuan dari puskesmas, kalaupun tidak ada, kader sukarela membuat makanan untuk peserta posyandu walaupun ala kadarnya saja. Luar biasa lah, nanti perlu dicontoh ini kalau jadi pimpinan puskesmas.

Refreshing ala Doksip Tamada (1)

Bontang Kuala

Sebelumnya saya perkenalkan dulu ya. Ini teman-teman doksip satu wahana dan satu grup yang sedang 'tugas' di Puskesmas Bontang Utara 1. Dengan mereka lah perjuangan satu tahun ke depan akan menjadi indah, insyaAllah. Oketor ya, yang paling ganteng namanya Dimas, lebih sering kusapa masdim. Selanjutnya ada ceciwi cantik, Sarah, Cici, Sonya, dan Mbak Nur. Ini poto-poto kita di Bontang Kuala, tempat wisata di Kota Bontang, tempat wisata pertama yang kami kunjungi selama internsip di sini, satu pekan setelah dinyatakan kami 'bertugas' di sini.


Bontang Kuala itu sebenarnya suatu wilayah di Kota Bontang, sejenis pemukiman di atas laut gitu. Jadi rumah, jalan, fasilitas umum lainnya dibangun dengan bahan dasar kayu dan semuanya di atas laut, keren kan!
Poto di bawah ini kita lagi di Jimbaran Cafe, salah satu cafe di ujung Bontang Kuala. Ada banyak menu yang ditawarkan di sana, dari makanan ringan sampai makanan berat (gami bawis, ayam asam manis, dll) dan berbagai jenis minuman. Saya pesan songkong kres, hoho.

Nah, ceritanya ini poto di depan gerbang Bontang Kuala saat saya menunggu teman-teman yang lain datang. Ohya, satu tips nih, kalau mau main ke sini, sebaiknya kita mengendarai motor saja karena mobil tidak bisa masuk ke dalam, hanya motor/sepeda yang bisa jalan ke sana sampe ujung, dan tempat ngumpul makan-makan di sini adanya di ujung-ujung. Yah, luamayan kalau mau jalan kaki, capek juga. Trus, baiknya kemari sore menjelang sunset, ga begitu panas, dan bisa dapat suasana romantis sunset.

Ada satu cafe yang terkenal di sini, namanya Cafe Kapal. Bentuk aslinya menyerupai kapal memmemang dan memang lokasinya paling ujung. Begini aslinya.



Ini cafe juga menjadi daya tarik wisata tersendiri di Kota Bontang, apalagi sering kali muncul anekdot seperti gambar di bawah ini.

Sabtu, 19 Desember 2015

Rumah Anoa

Rumahku Surgaku..

Inilah ungkapan paling cocok untuk salah satu rumah di Jln. Anoa Perumahan BTN PKT Kota Bontang. Satu tahun ke depan, inilah surgaku.

Saya tinggal bersama  empat doksip lainnya dan kami semua berasal dari tempat yang berbeda-beda, jadi seperti slogan kita, bhineka tunggal ika. Putri (ii) dari Universitas Andalas, tapi tinggal di Pekanbaru. Runi dari Universitas Andalas, tapi tinggal di Bekasi. Aiko dari Universitas Trisakti, tapi asal Purwakarta. Vita dari Universitas Tarumanegara, asalnya dari Kendari. Saya dari Universitas Sriwijaya, tapi orang tua di Lahat.

Lahat? Di mana tuh?
Hampir semua orang akan bertanya demikian ketika saya ditanya 'asalnya dari mana?'. Lahat itu salah satu ibu kota kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan ya sahabat, dari Palembang masih perlu perjalanan darat sekitar 6-7 jam ke arah barat. Kalau saya sebut, 'saya dari Palembang', semua akan tahu, 'ooo sumsel', begitu.

Oke, kembali tentang rumah. Alhamdulillah ya, kita dapet rumah ini. Dengan biaya yang tergolong cukup murah dibanding teman-teman yang nyewa rumah di HOP Bontang, hehe. Dapet rumah ini berkat bantuan teman doksip juga, namanya Sarah. Makasi banyak banget deh buat Sarah yang sudah mengejakan waktu mencari rumah buat kita. Pokoknya awal dateng kita bener2 merepotkan Sarah yang notabene orang Bontang. Jazakillahukhair, dok..

Punya teman asli daerah wahana itu sangat membantu kita mengenal secara kasar tempat yang akan menjadi domisili selama tahun ke depan lho. Semua pertanyaan lokasi insyaAllah bisa dijawab, demi mencari kebutuhan sehari-hari seperti makanan, dan tempat belanja, juga tempat wisata, hoho.

Anoa's girls


dari kiri atas: saya, Aiko
baris depan dari kiri: Vita, Runi, Ii


Rumah Anoa tampak depan. Itu ada Tante Ratna dan Om Arief, pemilik rumah. Mereka hijrah ke Jogja satu bulan sebelum kami pindah ke Bontang.

Kamis, 03 Desember 2015

Capcus Go Bontang

19 November 2015

Spesial untuk doksip (dokter internsip) wahana Bontang, kami diberangkatkan ke kota tujuan sehari setelah pembekalan. Ada dua wahana, RSUD Taman Husada dan RS PKT, total 36 doksip. Mungkin pertimbangannya jarak Bontang yang cukup jauh dari Balikpapan, jika kami berangkat di hari yang sama dengan hari pembekalan, bisa jadi tiba di Bontang tengah malam, dalam kondisi belum tahu tempat tinggal. Hoho, pengertian banget ya panitianya.

Jarak Balikpapan-Bontang sekitar 250 km, dengan mobil sewa kami tempuh dalam waktu ± 7 jam, santai, pukul 10.00 WITA capcus dari Balikpapan, pukul 17.00 WITA tiba di Bontang. Jalan menuju Bontang luar biasa, cukup bagus jika dibandingkan jalanan di Ogan Komering Ulu maupun Ilir, Sumatera Selatan. Hanya banyak naik-turun bukit, bukan kelok jurang-bukit seperti jalanan Lahat-Pagaralam. Alhamdulillah, perjalanan aman dan ini kali pertama menjejakkan kaki di kota Bontang, Kalimantan Timur.

Excited, pasti.
Baru masuk gerbang kota, kami berhenti. Awalnya mau tukar-tukar mobil dan barang karena rumah tujuan berbeda-beda, tapi yang kami lakukan adalah poto-poto di salah satu tulisan 'selamat datang di Kota Bontang', haha. Ini salah satu hasilnya.


Rabu, 02 Desember 2015

Pembekalan Isip

18 November 2015

Pertama kali yang dipikirkan tentang hari itu adalah, hari itu akan terulang kembali tepat satu tahun ke depan, saat pemulangan, huhu. Program ini hanya untuk satu tahun ke depan. Ini mekanisme pertahanan untuk menyingkirkan perasaan 'berat' untuk 'dilepas' sendirian di tempat yang belum pernah saya datangi sekali pun seumur hidup.

Hari itu ada beberapa pembicara, dari KIDI pusat, Dinkes Provinsi Kaltim, dan ketua IDI Kaltim. Semuanya menyambut kami dengan penuh antusias sekaligus memotivasi kami untuk semangat bertugas di Kalimatan Timur. Ini titik awal saya mengetahui profil Kota Bontang.

Kalimantan Timur adalah provinsi paling maju di daratan Kalimantan. Mungkin ini tidak lepas dari sumbangsih ratusan perusahaan yang berdiri di sini. Salah satu kota yang maju setelah Balikpapan dan Samarinda adalah kota Bontang, tempat saya internsip ini. Dijabarkanlah profil sebaran dokter di masing-masing kabupaten/kota di Kalimantan Timur dan waw luar biasa. Bontang memiliki dokter umum terbanyak dibandingkan kabupaten/kota lain (per sekian penduduk), dokter spesialis pun termasuk terlengkap di Kalimantan Timur. Keren ya, padahal saya awalnya membayangkan Bontang tidak lebih maju dari Lahat, ternyata, waw, beda, jauh malah.

Oke. Kesan selanjutnya, kami diperhatikan. Bagaimana tidak coba, direktur rumah sakit dan pembimbing kami hadir di hari pembekalan ini. Itulah kali pertama kami bertemu pembimbing kami, dr. Ihsan. Sempat berkenalan sebentar, mereka sangat welcome. Ini juga momen pertama kami ber-18 berkumpul bersama dan poto bersama, walaupun nanti di kemudian hari akan banyak poto-poto groupy lainnya, dokumentasi, haha. Ini juga yang menyadarkan bahwa saya tidak benar-benar sendiri di sini.

Poto pertama kami ber-18 bersama direktur RS Taman Husada Bontang (drg. Agustin atau ibunda) dan dokter pembimbing kami (dr. Ihsan)



Ohya, ada yang hampir tertinggal. Hari itu kami melengkapi persyaratan administrasi yang perlu dikumpul ke KIDI (boarding pass, pakta integritas, surat sehat, poto, SPPD, potokopi kartu BPJS). Alhamdulillah, dapat uang saku juga, lumayan jadi pegangan sebelum BHD cair, hehe