Tentang Kota Pahlawan, Surabaya, alhamdulillah, saya sempat mampir di sini walaupun hanya dua hari. Waktu itu, Maret 2015. Malam hari tiba dari Palembang, esoknya jalan, dan lusanya lanjut perjalanan lagi.
Awalnya mau jalan ditemani seorang kakak kelas, tapi di detik-detik waktu yang ditentukan, beliau menghilang tanpa kabar. Saya cuma bisa berdoa semoga beliau dalam keadaan baik selalu. Akhirnya saya jalan sendirian dan sebenarnya saya sangat buta tempat ini, maklum inilah pertama kalinya pengalaman saya menginjakkan kaki di kota Surabaya. Alhamdulillah ada google map yang setia menemani.
Kali ini tema kunjungan saya ke kota pahlawan adalah wisata sejarah. menurut kakak kelas saya itu, ada beberapa tempat yang beliau rekomendasikan, seperti Tugu Pahlawan, Museum Sepuluh Nopember, dan House of Sampoerna. Saya googling, ada satu tempat lagi yang sejalan dengan diri saya, yaitu Museum Kesehatan. Semuanya ada di tengah kota Surabaya, Kota Pahlawan.
Tujuan pertama saya adalah House of Sampoerna (HoS). Saya pilih ini yang pertama karena kabarnya ada pertunjukan yang hanya bisa dilihat di bawah jam 13. Pertunjukan apa? Jujur, sebelum masuk ke HoS, saya tidak tahu ini tempat apa. Hanya sedikit info, katanya di sana bagus, sudah, begitu saja.
Ternyata eh ternyata, ini seperti museum sejarah berdirinya perusahaan rokok Sampoerna. MasyaAllah. Pendirinya berdarah Tiongkok yang berawal dari berjualan 'biasa' di pasar Surabaya. Gigih berusaha hingga akhirnya sampai generasi ke-sekian seperti yang kita kenal sekarang. Jadi ingat iklannya di televisi, 'Sampoerna, teman yang asyik'.
Menuju lokasi ya. Ada beberapa bangunan di komplek HoS. Di depan, saya disamput beberapa security berwajah sangar bersuara lembut dan baik hati. Saya diarahkan ke gedung utama. Saya bingung, saya pikir ini tempat wisata yang notabene bakal ada biayanya, eh ternyata di sini tidak ada tiket masuk, alias gratis. Segera saya menuju tempat yang ditunjuknya. Hehehe.
Ketika pintu utama dibuka, serasa masuk rumah sendiri, seeeeng, aroma kental tembakau semerbak cepat memenuhi rongga hidung. Di sini saya disambut beberapa mbak cantik berparfum tembakau, eh, bukan, di ruangan ini ada dipamerkan perjalanan hidup pendiri Sampoerna dan beberapa contoh tembakau dan cengkeh. Wajar tembakau banget. Di ruangan lebih dalam ada beberapa alat pengolah tembakau masa lampau, koleksi tembakau dari berbagai belahan dunia, dan koleksi produk Sampoerna dari awal hingga yang terkini.
Selanjutnya saya naik ke tingkat dua, masih di bangunan utama. Di sini dijual beberapa produk HoS, yaaa bisa dijadikan oleh-oleh atau sekedar kenang-kenangan sudah pernah berkunjung kemari. Ruangan ini dibatasi kaca besar dengan stiker kamera coret. Ada apa?
Saya menengok ke arah kaca, waw, ini menakjubkan. Saya melihat ratusan ibu-ibu pelinting rokok sedang bekerja, hampir seribu jumlahnya. Inilah yang dikabarkan pertunjukan tadi. Gerakan mereka sangat cepat dan ritmik, seperti kumpulan robot hidup saja. Seorang pekerja diberi tugas menghasilkan minimal 50 linting rokok dalam waktu satu menit selama tujuh jam sehari. Bayangkan berapa juta linting rokok yang bisa dihasilkan dalam satu hari, diproduksi tiga shift setiap hari, dan habis laku di pasaran. Ini baru satu pabrik simulasi, bukan pabrik rokok Sampoerna yang utama. Lama saya termenung di sini memperhatikan mereka bekerja. Selama ini saya pikir cara terbaik gerakan stop rokok adalah menutup pabrik rokok itu sendiri. Lalu, bagaimana nasib ribuan pekerja di sini, makan apa nanti mereka. Ya sudah, saya pikir inilah siklus kehidupan.
Lanjut ya. Setelah puas melihat pertunjukan ini, saya menuju gedung lainnya. Ada galeri seni. Berbagai lukisan cantik dipamerkan. Beberapa sempat saya poto.
Tidak terasa saat itu sudah lewat Zuhur. Saya harus lanjutkan perjalanan. Lagi, saya bingung, kemana dan gimana. Saya tanya pak security, saya mau ke Tugu Pahlawan. Segera dipanggilkan beca. Saya diingatkan untuk hati-hati karena sendirian dan orang asing di sana. Baiklah pak, terima kasih. Saya lanjut ke Tugu Pahlawan.