seorang sahabat bercerita, sedih menjadi orang yang berada di kepengurusan atas, termasuklah ketua, bendahara, sekretaris suatu organisasi. penasaran, tanyakan dengan sahabat yang satu ini..
menjadi orang2 dengan posisi seperti itu bukan enak, malah ada tekanan batin yang siap menimpuk dari sisi mana saja. orang2 dengan posisi itu tidak banyak berbuat untuk organisasi yang dipimpinnya. ntahlah mana yang paling banyak amalnya, mereka atau teman2 mereka yang berjuang peras keringat banting tulang menyiapkan seluruh rangkaian acara hingga acara selesai dan sukses..
Ada yang unik dari teladan kita, orang yang paling pantas untuk diidolakan. saat pembangunan masjid di Madinah. Beliau tidak hanya melihat2 para sahabat bekerja. Beliau mengangkat batu juga, ikut bekerja dalam pembangunan masjid itu dan Beliau tidak enggan sama sekali. Beliau ini pemimpin, teman!
kalo pemimpin sekarang?
alhamdulillah kalo ada yang seperti teladan kita. berarti ia mengikuti sunah..
sempat terpikir, menjadi orang2 dengan posisi2 tertinggi di organisasi itu adalah suatu musibah. antara musibah dan ujian. orang2 di posisi itu hanya akan memiliki peluang gerak yang sempit, kecuali ia bisa menempatkan diri dengan tepat maka ia bisa menjadi orang pertama yang paling banyak amalnya..
bukan suatu hal yang mudah. mereka berada posisi yang sulit. itu pun bukan sesuatu ayng pantas dijadikan alibi kesibukan, aplagi hanya untuk berbangga diri karena berada di atas. padahal, di atas langit, masih ada langit, yang lebih tinggi tentunya..
114:1-6
Senin, 27 Desember 2010
Sabtu, 25 Desember 2010
curahan hati yang nyolong (curcolong)
Bukan bermaksud curhat kalo kemarin nyolong, tapi mau curhat di tengah kesibukan orang-orang yang super padat, ada yang jelas jadi ga jelas ato yang ga jelas malah jadi super duper sangat ga jelas. intinya, semua sedang ga jelas..
nah, ini ada masalah..
Suatu hari sekelompok teman sepermainan berkumpul, belajar bareng, bermain bareng, makan bareng, solat bareng, jalan bareng, yaaaa semuanya hampir selalu bareng. mereka berkumpul menyatukan tujuan mulia, berniat mulia jadi dokter yang profesional dengan berlandaskan ideologi yang amat mendasar dari kehidupan manusia..
Mungkin sekilas keliatan 'wah'. mimpi ini sangat menjulang ke langit. bahkan mereka merencanakan langkah2 menuju mimpi itu. sayangnya.....
Setelah semua langkah dijajaki, baru dua tiga langkah berjalan, hakikat pertemanan muncul. ingat! pertemanan, bukan persahabatan apalagi kekeluargaan..
Seorang teman pernah bilang, kalo mau berteman itu harus siap terima sikap terburuk dari teman kita itu..
Ini yang terjadi. langkah yang udah tersusun rapi, udah dipegang kendali, malah ada beberapa orang dari sekumpulan sahabat itu mengalami serangan ingin mundur dari langkah yang udah dirancang rapi..
setelah ditelusuri, ternyata tiap orang punya pendirian yang berbeda. ada yang mengutamakan persaudaraan, ada juga yang mengutamakan menyeru kepada kebaikan, dan ada juga yang mengutamakan dirinya sendiri MUNGKIN. tapi itu semua bukan yang utama teman!
Coba kembali lagi ke surat cinta yang paling mendasar apa tujuan kita hidup di dunia. Ingat?
51:56
kalo sekumpulan sahabat tadi ingat angka2 di atas, tentunya ga akan terjadi hal-hal yang diceritakan di atas. itu tujuan hakiki..
silakan kalo mau mundur. yang menulis ini pun belum tentu bisa menjamin dirinya tetap bertahan di jalan ini. mumpung masih idealis..
masalah pribadi yang kamu hadapi ini sebenarnya sangat jauh lebih kecil dari masalah lapangan yang menanti untuk diselesaikan..
KEMBALI LURUSKAN NIAT, jalan apa yang kamu pilih, sahabat?
nah, ini ada masalah..
Suatu hari sekelompok teman sepermainan berkumpul, belajar bareng, bermain bareng, makan bareng, solat bareng, jalan bareng, yaaaa semuanya hampir selalu bareng. mereka berkumpul menyatukan tujuan mulia, berniat mulia jadi dokter yang profesional dengan berlandaskan ideologi yang amat mendasar dari kehidupan manusia..
Mungkin sekilas keliatan 'wah'. mimpi ini sangat menjulang ke langit. bahkan mereka merencanakan langkah2 menuju mimpi itu. sayangnya.....
Setelah semua langkah dijajaki, baru dua tiga langkah berjalan, hakikat pertemanan muncul. ingat! pertemanan, bukan persahabatan apalagi kekeluargaan..
Seorang teman pernah bilang, kalo mau berteman itu harus siap terima sikap terburuk dari teman kita itu..
Ini yang terjadi. langkah yang udah tersusun rapi, udah dipegang kendali, malah ada beberapa orang dari sekumpulan sahabat itu mengalami serangan ingin mundur dari langkah yang udah dirancang rapi..
setelah ditelusuri, ternyata tiap orang punya pendirian yang berbeda. ada yang mengutamakan persaudaraan, ada juga yang mengutamakan menyeru kepada kebaikan, dan ada juga yang mengutamakan dirinya sendiri MUNGKIN. tapi itu semua bukan yang utama teman!
Coba kembali lagi ke surat cinta yang paling mendasar apa tujuan kita hidup di dunia. Ingat?
51:56
kalo sekumpulan sahabat tadi ingat angka2 di atas, tentunya ga akan terjadi hal-hal yang diceritakan di atas. itu tujuan hakiki..
silakan kalo mau mundur. yang menulis ini pun belum tentu bisa menjamin dirinya tetap bertahan di jalan ini. mumpung masih idealis..
masalah pribadi yang kamu hadapi ini sebenarnya sangat jauh lebih kecil dari masalah lapangan yang menanti untuk diselesaikan..
KEMBALI LURUSKAN NIAT, jalan apa yang kamu pilih, sahabat?
Rabu, 01 Desember 2010
Beda, perlukah?
perbedaan itu tak selamanya indah
differences are mercies. kata ini semaktu SMP sering dipake di beberapa pidato bahasa Inggris yang pernah didengar. benar memang, tidak ada perbedaan itu membuat dunia serasa sama dan hampa. orang-orang menyebutnya sebagai dunia tanpa warna..
tapi apa benar warna itu membuat sesuatu selalu indah?
dengan tegas, jawabannya TIDAK.
tidak jarang ada teman dekat yang berantem cuma gara-gara masalah BEDA pendapat. atau di kelas, BEDA analisis pun kadang dianggap salah walaupun sebenarnya benar jika dilihat dari sisi yang berbeda..
ngomong2 tentang sisi yang berbeda, kayaknya manusia di muka bumi ini ga selamanya akan membayangkan apalagi memikirkan sisi lain dari apa yang dilihat dan dirasakannya. ini yang jadi masalah..
bagaimana bisa kita melihat keindahan bunga di taman jika yang kita lihat hanya bunga yang hampir layu?
padahal, di sebelah bunga yang hampir layu itu ada ribuan bunga warna-warni yang ga sempat kita lihat. sayang bukan jika waktu kita duduk di taman itu cuma untuk memperhatikan bunga yang hampir layu itu doank?
itulah yang terjadi di kehidupan kita. perbedaan bukan dijadikan pelengkap yang bisa saling menutupi, tetapi dijadikan suatu keegoisan yang berujung pada perasaan ingin selalu menang di mana pun bumi dipijak..
padahal jelas, di kitab kita disebutkan,
"dijadikan kamu berbeda bangsa, bahasa, dan warna kulit, agar kamu saling mengenal"
saling mengenal, teman!
agar tau, bahwa di dunia ini bukan cuma ada kamu. ada orang lain di sekitar kita dengan segala perbedaannya. dan perbedaan itu bukan jurang pemisah. coba perhatikan!
seorang sanguinis dengan segala keceriaan yang dibawanya ga akan berarti tanpa melankolis yang memperhatikan setiap ucapan dan kegilaannya. satu lagi, sang korelis, akan sulit memimpin jika tidak ada sifat plegmatis teman seperjuangannya..
SEMUA SALING MELENGKAPI
yah, itu hikmah perbedaan. bukan untuk diributkan apalagi digunakan untuk senjata menyakiti hati sejawat..
teringat sebuah hadist,
"setiap muslim itu ibarat bangunan, yang satu menguatkan yang lain"
differences are mercies. kata ini semaktu SMP sering dipake di beberapa pidato bahasa Inggris yang pernah didengar. benar memang, tidak ada perbedaan itu membuat dunia serasa sama dan hampa. orang-orang menyebutnya sebagai dunia tanpa warna..
tapi apa benar warna itu membuat sesuatu selalu indah?
dengan tegas, jawabannya TIDAK.
tidak jarang ada teman dekat yang berantem cuma gara-gara masalah BEDA pendapat. atau di kelas, BEDA analisis pun kadang dianggap salah walaupun sebenarnya benar jika dilihat dari sisi yang berbeda..
ngomong2 tentang sisi yang berbeda, kayaknya manusia di muka bumi ini ga selamanya akan membayangkan apalagi memikirkan sisi lain dari apa yang dilihat dan dirasakannya. ini yang jadi masalah..
bagaimana bisa kita melihat keindahan bunga di taman jika yang kita lihat hanya bunga yang hampir layu?
padahal, di sebelah bunga yang hampir layu itu ada ribuan bunga warna-warni yang ga sempat kita lihat. sayang bukan jika waktu kita duduk di taman itu cuma untuk memperhatikan bunga yang hampir layu itu doank?
itulah yang terjadi di kehidupan kita. perbedaan bukan dijadikan pelengkap yang bisa saling menutupi, tetapi dijadikan suatu keegoisan yang berujung pada perasaan ingin selalu menang di mana pun bumi dipijak..
padahal jelas, di kitab kita disebutkan,
"dijadikan kamu berbeda bangsa, bahasa, dan warna kulit, agar kamu saling mengenal"
saling mengenal, teman!
agar tau, bahwa di dunia ini bukan cuma ada kamu. ada orang lain di sekitar kita dengan segala perbedaannya. dan perbedaan itu bukan jurang pemisah. coba perhatikan!
seorang sanguinis dengan segala keceriaan yang dibawanya ga akan berarti tanpa melankolis yang memperhatikan setiap ucapan dan kegilaannya. satu lagi, sang korelis, akan sulit memimpin jika tidak ada sifat plegmatis teman seperjuangannya..
SEMUA SALING MELENGKAPI
yah, itu hikmah perbedaan. bukan untuk diributkan apalagi digunakan untuk senjata menyakiti hati sejawat..
teringat sebuah hadist,
"setiap muslim itu ibarat bangunan, yang satu menguatkan yang lain"
Langganan:
Postingan (Atom)