Bukan cuma koas yang butuh 'libur'. Kita doksip juga butuh itu yang namanya libur. Kalender sudah ditandai kapan saja tanggal yang bisa memungkinkan untuk pergi dari rutinitas ini dan kami dapatkan itu di akhir tahun 2015 (padahal belum genap dua bulan kami menjalani internsip, hehehe). Kali ini kami (Mbak Nur, Sarah, Cici, Sonya, dan saya) menyempatkan diri mengunjungi ibu kota Kalimantan Timur dan ibu kota Kutai Kertanegara, Samarinda dan Tenggarong.
Perjalanan dimulai dari Bontang, 23 Desember 2015 sekitar pukul 16.00 WITA. Mbak Nur yang mengendarai mobil, sudah biasa Bontang-Samarinda katanya, bahkan mungkin mana jalanan lubang pun hapal saingan sama pak lek bus Samarinda Lestari. Kami tiba di Samarinda sekitar pukul 18.30 WITA, makan -letakin barang di mess dekat rumah Cici - cus go SCP - nonton. Film yang lagi hits saat itu adalah Star Wars. Pulang ke mess, langsung istirahat, besok akan lebih melelahkan sepertinya.
24 Desember 2015. Pagi sarapan nasi kuning, ini pertama kali saya mencicipi makanan khas Kaltim, nasi kuning dengan lauk ikan gabus, mmmmm sedaaaap kali. Setelah sarapan, kami langsung perjalanan ke Tenggarong bersama Febry (doksip Samarinda) dan seorang temannya.
Ada beberapa tempat tujuan di Tenggarong.
Pertama, kami mengunjungi Planetarium. Beruntung rasanya pernah ke sini karena tempat serupa hanya ada tiga di Indonesia, di Jakarta, Surabaya, dan Tenggarong ini, begitu kata operator studio 3D. Kami sempat mengabadikan momen di sini dengan poto berlatar belakang beberapa penjelasan tentang galaksi (poto pertama). Di Planetarium ini kami menonton tentang Galaksi Bima Sakti dan Dinosaurs. Ada beberapa pilihan film dan beberapa jadwal tayang sebenarnya, kami memilih yang terdekat. Namun sayang film kedua agak membosankan jadi kami segera melanjutkan perjalanan.
Kedua, kami mengunjungi Museum Mulawarman. Poto di atas diambil tepat di depan patung Lembuswana, konon kabarnya hewan peliharaan raja Kerajaan Kutai. Dengan biaya Rp3.500,00 per orang dewasa kita sudah bisa mengelilingi semua koleksi di museum ini. Cukup luas dan banyak koleksinya, tema utama koleksi Museum Mulawarman adalah sejarah dan budaya Kalimantan Timur yang diwarnai oleh kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Waw, saat itu saya berada di kabupaten yang dahulunya, beratus tahun lalu, adalah kerajaan pertama di Indonesia.
Ketiga, ini yang utama dari perjalanan hari ini, paintball. Kami mengunjungi Ladang Budaya alias Ladaya Tenggarong. Awalnya saya excited sekali mau main di sini, tapi ketika melihat lokasi dan cara mainnya, saya menyerah sebelum berperang, kondisi lutut kiri saya saat itu tidak memungkinkan untuk main. Next time saya cerita deh tentang lutut ini, haha. Kembali, teman-teman saja yang main, seruuuu. Saya yang lihat saja seru apalagi yang terjun main beneran.
Saat itu sedang libur natal, jadi pengunjung Ladaya sangat ramai, bahkan untuk berpoto pun mesti antre. Alhamdulillah ada adik baik hati yang bersedia memoto kami di sini. Sebenarnya Ladaya tidak hanya paintball, tapi teman-teman sudah kelelahan dan lutut saya tidak bisa diajak kompromi untuk mengelilingi semua sudut Ladaya, next time mungkin, semoga ada kesempatan lagi.
Konon katanya, kalau sudah terminum air sungai ini, pendatang tidak akan kembali ke daerah asal karena betah tinggal di sini. Ini saya sengaja minta ke teman-teman untuk sempat mampir di tepian sungai terbesar di Indonesia, Sungai Mahakam, dan jembatan yang tersohornya. Alhamdulillah sudah bisa dilewati setelah perbaikan karena roboh beberapa waktu lalu.
Kami kembali ke Bontang keesokan harinya, pas hari natal. Teman kami, Sonya, sudah ibadah di gerejanya. Bagian belakang mobil sudah full barang belanjaan, oleh-oleh khas Samarinda Roti Durian tidak ketinggalan. Kerinduan akan tempat jalan ala anak perkotaan (baca: mall) sudah terobati. Memori akan perjalanan sudah terukir. Alhamdulillah. Satu lagi bagian bumi Allah yang kami kunjungi, selalu ada cerita di balik ini, dahulu-saat ini-yang akan datang. Akankah kami akan kemari lagi kelak? wallahualam