pernah terbersit pertanyaan,
kenapa para perokok kerap sekali menyukai kopi?
nah, mungkin ini jawabannya..
beberapa minggu yang lalu, ada skill lab tentang nebulizer. Prof. Eddy Mart Salim yang kasi kuliah pengantarnya. setelah kuliah pengantar selesai, teman2 pada ngerumunin sang profesor. karena penasaran, ikutan juga dech..
teman2 banyak pertanyaan seputar keluarga mereka yang memiliki riwayat penyakit asma (sesak napas). dijawab semua pertanyaan itu dengan penuh antusias oleh sang prof. kemudian sang prof bercerita tentang kegawatdaruratan napas yang perlu pake nebulizer. oya, nebulizer itu alat untuk memberi obat yang dihirup pasien yang mengalami serangan sesak napas karena bronkokronstriksi (kira2 seperti itulah). nah, kalo ada pasien datang ke tempat praktek dalam keadaan sesak napas berat (karena asma) trus kita ga ada nebulizer gimana?
sang prof bilang hal ini sering terjadi di daerah pedalaman, misalnya pagaralam (yg masi pedalaman tentunya, bukan kota). di daerah pagaralam ini kan banyak kopi. jadi, pasien yang sesak napas tadi diberi kopi aja, gitu kata sang prof. bukan dihirup kopinya, tapi diminum (ntah bagaimana caranya)..
mengapa demikian prof? (tanya salah seorang teman)
sang prof menjawab, di dalam kopi itu ada TEOFILIN yang juga bisa menyebabkan bronkoldilatasi. dengan minum kopi, secara tidak langsung juga meminum teofilin yang berkhasiat melonggarkan jalan napas dan pasien bakal ga sesak lagi dech. gitu ceritanya..
lha trus apa hubungannya kopi dengan rokok?
rokok yang dihisap itu dalam bentuk asap. asap ini dianggap sebagai iritan bagi jalan napas. jadinya, sewaktu asap rokok dan berbagai zat yang terkandung di dalamnya dihirup, secara otomatis tubuh ini akan melindungi diri dengan cara bronkokonstriksi. disadari atopun tidak, mereka para perokok itu sebenarnya sesak (teori lathif), tapi sangat jarang mungkin malah tidak ada yang menyadari kesesakan itu karena tertutupi 'nikmat'nya merokok..
Sama kayak asma, ada bronkokonstriksi di kasus ini, jadi kopi dengan teofilin di dalamnya bisa melegakan napas mereka. karena itu, para perokok sering banget ditemui juga suka ngopi..
Senin, 23 Mei 2011
Ada di Ujung Sana
Seorang sahabat bercerita,
sebenarnya semua sudah ditakdirkan oleh YangKuasa,
semua sudah tertulis di buku-buku catatan kita,
apa yang untukmu dan apa yang untukku sudah di atas kertas dan tinta sudah kering,
tapi....
masih ada kesempatan untuk meriah itu semua,
dengan jalan yang ditempuh masing-masing,
ibarat berenang,
apa yang diinginkan itu ada di seberang kolam,
hanya butuh sedikit tenaga untuk terjun dan berenang ke arah itu,
dapat atau tidak itu bergantung kemampuan berenang,
ditambah persiapan untuk mengarungi jalannya,
persiapan terbaikmu, membuahkan hasil terbaik untukmu..
(Q.S. Ar-Ra'du:11)
sebenarnya semua sudah ditakdirkan oleh YangKuasa,
semua sudah tertulis di buku-buku catatan kita,
apa yang untukmu dan apa yang untukku sudah di atas kertas dan tinta sudah kering,
tapi....
masih ada kesempatan untuk meriah itu semua,
dengan jalan yang ditempuh masing-masing,
ibarat berenang,
apa yang diinginkan itu ada di seberang kolam,
hanya butuh sedikit tenaga untuk terjun dan berenang ke arah itu,
dapat atau tidak itu bergantung kemampuan berenang,
ditambah persiapan untuk mengarungi jalannya,
persiapan terbaikmu, membuahkan hasil terbaik untukmu..
(Q.S. Ar-Ra'du:11)
Selasa, 03 Mei 2011
Berjalan dalam Gelap
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha (Al-Isra':1)
Seolah merasakan perjalanan serupa (ge-er). perjalanan di malam hari itu ternyata memang bisa disebut sebagai perjalanan spiritual. apa yang dirasakan berbeda dengan perjalanan di siang hari. apalagi berjalan dalam keadaan gelap, tak ada lampu atau lampu yang tidak memadai untuk melihat jalan dengan jelas..
perjalanan di malam itu, sebuah perjuangan. berada di antara truk atau membuntuti mobil yang punya lampu jalan yang baik atau hanya menyalakan lampu sign kiri sebagai tambahan cahaya di jalan dan penanda keberadaan motor kecil di tepian jalan. sendiri, gelap, mencekam karena tak ada yang bisa dilihat di kiri dan kanan jalan. jalan yang dilewati pun tidak mulus bak jalan tol, tapi penuh jebakan lubang dan perbaikan jalan..
seolah merasakan bagaimana diri ini di masa yang akan datang. apakah penuh cahaya yang terang benderang atau gelap gulita. oke kalau terang, tak jadi masalah, lha kalo gelap gimana, apa yang bisa dilihat? boro-boro mau lihat sesuatu, milih jalan aja sulit..
mungkin sederhana dan mudah bagi yang tidak merasakan perjalanan malam itu*, tapi perlu dicermati padanya ada pelajaran terindah dari ayat-ayat alam dan teguran. sampai kapan lagi akan bermalasan untuk bersegera dan menyeru pada kebaikan?
Q.S. AlMaidah:48
*(2Mei2011,Indralaya-Palembang)
Seolah merasakan perjalanan serupa (ge-er). perjalanan di malam hari itu ternyata memang bisa disebut sebagai perjalanan spiritual. apa yang dirasakan berbeda dengan perjalanan di siang hari. apalagi berjalan dalam keadaan gelap, tak ada lampu atau lampu yang tidak memadai untuk melihat jalan dengan jelas..
perjalanan di malam itu, sebuah perjuangan. berada di antara truk atau membuntuti mobil yang punya lampu jalan yang baik atau hanya menyalakan lampu sign kiri sebagai tambahan cahaya di jalan dan penanda keberadaan motor kecil di tepian jalan. sendiri, gelap, mencekam karena tak ada yang bisa dilihat di kiri dan kanan jalan. jalan yang dilewati pun tidak mulus bak jalan tol, tapi penuh jebakan lubang dan perbaikan jalan..
seolah merasakan bagaimana diri ini di masa yang akan datang. apakah penuh cahaya yang terang benderang atau gelap gulita. oke kalau terang, tak jadi masalah, lha kalo gelap gimana, apa yang bisa dilihat? boro-boro mau lihat sesuatu, milih jalan aja sulit..
mungkin sederhana dan mudah bagi yang tidak merasakan perjalanan malam itu*, tapi perlu dicermati padanya ada pelajaran terindah dari ayat-ayat alam dan teguran. sampai kapan lagi akan bermalasan untuk bersegera dan menyeru pada kebaikan?
Q.S. AlMaidah:48
*(2Mei2011,Indralaya-Palembang)
Langganan:
Postingan (Atom)