Diriwayatkan dari 'Ibn Umar ra, "Banyak orang berusaha melihat hilal. Kemudian aku mengabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku sungguh-sungguh melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa” (H.R. Abu Dawud)
Ceritanya ini mengingat perjalanan di bulan Ramadhan di Tanah Borneo, kota para pendatang, Bontang, Kalimantan Timur.
Bulan ramadhan alias bulan puasa merupakan bulan yang dinanti-nantikan seluruh umat muslim dunia. Pasalnya, banyak ibadah yang pahalanya 'diobral' selama bulan ini sehingga pas banget untuk tabungan kehidupan akhirat kelak. Salah satu ibadah khas ramadhan adalah sholat tarawih.
Hari itu tanggal 5 Juni 2016. Kabar-kabarnya besok sudah mulai puasa. Organisasi pergerakan yang menggunakan perhitungan hisab telah memutuskan Ramadhan dimulai pada 6 Juni 2016, tetapi pemerintah yang dianggap sebagai ulil amri belum memutuskan hingga hilal nampak dan baru akan diumumkan selepas magrib pada sidang itsbat yang notabene lokasi sidang berada di Jakarta.
Karena kami sangat antusias menyambut ramadhan, kami pergi ke masjid dengan niatan sholat Isya berjamaah dan lanjut tarawih, tidak peduli apa hasil sidang itsbat. Tapi ternyata, panitia ramadhan mengikuti ulil amri. Di sini kami baru menyadari.
Jakarta, tempat sidang itsbat itu berada di Indonesia Barat yang termasuk dalam wilayah Waktu Indonesia Barat (WIB). Hasil sidang akan diumumkan setelah magrib wilayah terbarat Indonesia, yang artinya itu sekitar pukul 18.50 WIB atau pukul 19.50 di wilayah Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan pukul 20.50 di wilayah Waktu Indonesia Timur (WIT). MasyaAllah...
Jamaah masjid dekat rumah sudah mulai gelisah setelah sholat Isya, pertanyaannya sama, 'Jadi nggak ya tarawihnya?'. Iya, Kita di Bontang sudah selesai Isya, sidang istbat belum kelar ternyata. Jadinya kami sebagai makmum hanya bisa menunggu, bahkan sebagian jamaah sudah pulang. Pukul 20.15 WITA baru lah kami para jamaah mendapat kepastian bahwa esok telah masuk bulan Ramadhan.
Ternyata begitu setiap tahun di WITA. Hal ini tidak pernah kami rasakan selama tinggal di WIB. Kasian para jamaah menunggu tidak pasti, bahkan ada yang pulang setelah sholat Isya kemudian datang lagi karena mau sholat tarawih berjamaah. Apalagi yang tinggal di WIT ya, sudah malam itu pasti baru dengar pengumuman.
Mungkin ada yang bisa bantu menjelaskan,
Mengapa sidang itsbat mesti nunggu sampai semua titik wilayah Indonesia melihat hilal? Mengapa tidak dilihat dari wilayah tertimur Indonesia saja biar pengumuman bisa lebih cepat?
Bukankah satu orang melihat hilal, Rasul pun berpuasa keesokannya?
wallahualam, pokoknya semangat ibadah ramadhan!